Pages

Tampilkan postingan dengan label Gramedia Pustaka Utama. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Gramedia Pustaka Utama. Tampilkan semua postingan

Jumat, 20 Januari 2017

Review: Semusim, dan Semusim Lagi

Judul: Semusim, dan Semusim Lagi
Penulis: Andina Dwifatma
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit: April 2013 (Cetakan I)
Tebal: 232 Halaman
ISBN: 978-979-22-9510-8

Membaca novel yang sama sekali belum saya ketahui sinopsisnya semacam tantangan bagi saya. Apakah novel tersebut akan memuaskan atau malah mengecewakan? Bahkan, saya juga belum pernah membaca review orang lain mengenai novel ini sebelumnya. 

Setelah sebelumnya membahas pemenang kedua di sini, sekarang saatnya saya membahas pemenang pertama.
---

Semusim, dan Semusim Lagi diambil dari puisi Sitor Situmorang yang berjudul Surat Kertas Hijau--setidaknya hal tersebut ada di cover belakang. Novel ini mengambil tokoh utama seorang gadis remaja berusia 17 tahun tanpa nama. Ia tak suka menyebutkan namanya, ia tak suka menyebutkan nama ayahnya.

Hubungan ia dan ibunya agak sulit dipahami karena mereka tinggal serumah namun hanya bicara seperlunya. Lebih terlihat seperti teman yang tidak terlalu dekat. Suatu hari, sepucuk surat muncul untuknya dari ayahnya. Ayahnya meminta agar ia datang ke kota S untuk menemuinya yang sedang sakit parah. Awalnya, ia merasa tak perlu datang ke sana karena ia ingin menjaga ibunya. Namun, suatu hal terjadi dan membuat ia akhirnya pergi ke kota S.

Di sana, ia tinggal di rumah yang bagus diantar oleh J.J. Henri, salah satu pegawai ayahnya. Ia belum menemui ayahnya karena belum saatnya. Hari demi hari ia habiskan di rumah itu sendirian. Akhirnya, J.J. Henri mengenalkannya pada Muara, anak laki-lakinya yang berusia 22 tahun.

Ia jatuh cinta pada Muara, hingga akhirnya tragedi itu terjadi. Ia bersikeras bahwa tragedi itu terjadi atas bantuan seekor ikan mas bernama Sobron. Tentu saja orang-orang tidak mempercayainya. 

---

Novel yang awalnya saya kira roman biasa ini--sekadar perempuan jatuh cinta atau rindu pada seorang lelaki, ternyata menyuguhkan cerita yang jauh lebih pelik dan di luar ekspektasi saya. Apakah memuaskan? Tentu saja. Entah mengapa novel ini semacam memiliki magnet agar saya tidak berhenti membacanya sebelum akhir.

Tokoh utama dari sebuah novel debut memang kerap kali dihubungkan dengan sang penulis. Setelah saya membaca blog Mbak Andina, memang sepertinya sang tokoh utama sangat mirip dengannya. Belum lagi bacaan-bacaan sang tokoh utama yang sering disebut dalam novel ini--lumayan banyak, sehingga saya sulit menulis ulang di sini, sama dengan bacaan-bacaan favorit Mbak Andina. Sebenarnya, bagi saya itu bukan masalah besar. Saya tetap menikmati ceritanya, kok.

Novel ini mengambil genre surealis pada akhirnya, walaupun pada bagian awal sangat terasa realisnya. Jujur, saya belum banyak membaca novel bergenre serupa. Sehingga, mungkin hal tersebut membuat saya takjub pada gaya pencerita penulisnya. Saya jadi paham kenapa novel ini menjadi Pemenang I Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta 2012

Tapi kemudian saya penasaran, jangan-jangan cerita yang panjang lebar dikemukakan di novel ini oleh 'aku' hanya khayalannya semata? Jangan-jangan sebenarnya ia memiliki kedua orang tua yang sayang dan dekat padanya? Siapa tahu?

Review: Di Tanah Lada

Judul: Di Tanah Lada
Penulis: Ziggy Zesyazeoviennazabrizkie
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Agustus 2015 (Cetakan I)
Tebal: 244 Halaman
ISBN: 978-602-03-1896-7

Mungkin agak telat karena saya baru membaca novel ini dua hari yang lalu, namun saya tetap ingin berbagi kesan saya terhadap novel ini karena saya suka cara bercerita penulisnya.

Awal mula saya tahu mengenai novel ini tentu saja dari fanpage Gramedia, lalu saya pikir nama penulisnya unik sekali. Kemudian saya beralih ke Goodreads dan waktu itu tentu saja belum banyak yang me-review.

Barulah pada akhir 2016 saya tiba-tiba penasaran dengan novel ini dan review di Goodreads sudah banyak yang memuji-muji novel ini. Sebenarnya bukan hal yang aneh, karena novel ini Pemenang II Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta.

---

Di Tanah Lada menceritakan tentang Ava--panggilan dari Salva, seorang anak perempuan berusia 6 tahun yang hubungan keluarganya tidak harmonis. Ayahnya suka marah, membentak, emosional terhadap hal-hal kecil sekali pun. Ibunya hanya bisa menerima kelakuan ayahnya, meskipun kadang suka membalas teriakannya.

Ava sangat pintar untuk ukuran anak-anak seusianya. Ia selalu membawa kamus yang diberikan oleh Kakek Kia--bapak ayahnya. Jika ada kata-kata yang tidak ia tahu maknanya, ia langsung mencari di kamus. Oleh karena itu, ia tumbuh menjadi anak yang selalu menggunakan bahasa baku.

Kemudian, setelah Kakek Kia meninggal dunia, ayahnya memaksa Ava dan ibunya untuk pindah ke Rusun Nero. Di sana ia bertemu dengan anak laki-laki bernama P, yang berusia 10 tahun. Ava merasa 'P' bukanlah nama, maka ia memanggilnya dengan sebutan Pepper.

P termasuk anak yang baik hati dan pintar karena ia selalu diajari oleh Mas Alri dan Kak Suri, dua orang yang tinggal di Rusun Nero juga. Ava pun akhirnya mengenal mereka berdua. 

Suatu ketika, P dan Ava ingin pergi bersama ke rumah Nenek Isma--nenek Ava, yang berada di luar pulau Jawa. Perjalanan mereka berdua menjadi perjalanan yang tak akan pernah mereka lupakan.

---

Ketika membaca Di Tanah Lada, saya berulang kali dibuatnya senyum-senyum karena membaca lucunya kelakuan dan bahasa yang digunakan Ava. Ava memang anak yang polos, namun kadang bahasanya membuat ia terdengar seperti orang yang sudah dewasa.

Sekilas, mungkin novel ini seperti hanya menceritakan kehidupan Ava yang menyedihkan, karena di usianya yang masih kecil, ia sudah harus menerima kelakuan ayahnya yang tidak manusiawi. Namun, novel ini bukan sekadar itu. Ada banyak hal dan pelajaran yang kita dapat saat membaca novel ini.

Sebenarnya, novel ini bukan melulu tentang Ava. Kehidupan P juga tak jauh merana. Ayahnya bahkan sering menyiksanya. Dibanding dengan Ayah Ava, Ayah P jauh lebih tidak punya hati. Di akhir novel, terkuaklah masa lalu P yang sebenarnya saya sudah bisa menduganya.

Hal yang saya sesali dari novel ini adalah, kenapa hanya masa lalu P yang dikupas tuntas? Bagaimana dengan Ava? Siapa tahu dulu ibu dan ayahnya juga memiliki rahasia? Selain itu, penyelesian novel ini juga membuat saya kecewa, karena saya kurang suka saja dengan cara penyelesaian seperti itu hehe.. kalau ini penilaian subjektif, sih.

Rabu, 18 Januari 2017

Review: The Book of Tomorrow - Buku Esok Hari

Judul: The Book of Tomorrow - Buku Esok Hari
Penulis: Cecilia Ahern
Alih Bahasa: Nurkinanti Laraskusuma
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Juli 2013 (Cetakan I)
Tebal: 480 Halaman
ISBN: 978-979-22-9787-4

Buku pertama Ahern yang telah saya baca, P.S. I Love You, tidak meninggalkan kesan yang mendalam bagi saya. Seingat saya, buku itu menceritakan tentang seorang istri yang menemukan surat-surat dari suaminya setelah suaminya meninggal karena kanker. Well, tema yang diangkat memang terkesan menyedihkan. Namun entah mengapa, mungkin karena gaya bahasanya yang santai, sehingga saya kurang merasakan feel sedihnya.

Sekarang, mari kita membahas The Book of Tomorrow, yang membuat saya tertarik karena covernya dan tak pernah berharap bahwa buku ini akan meninggalkan kesan yang begitu kuat bagi saya sebelumnya. (Singkatnya: suka parah!)

The Book of Tomorrow menceritakan tentang kehidupan seorang gadis remaja bernama Tamara Goodwin (Ya, Goodwin. Good. Win.) setelah ayahnya ditemukan meninggal dunia, atau lebih tepatnya bunuh diri karena menenggak vodka (atau semacamnya itu, lah) di ruang kerjanya. Kehidupan remaja Tamara yang awalnya penuh hura-hura dan sangat 'remaja-luar-negeri-banget' akhirnya terpaksa berubah 180 derajat karena ternyata ayahnya meninggalkan hutang yang amat banyak sehingga semua harta yang dimiliki keluarga mereka harus dijual.

Tamara dan ibunya kemudian tinggal bersama paman dan bibinya, Arthur dan Rosalenne, di sebuah pedesaan yang tentu saja dianggap tidak memiliki 'jiwa' oleh Tamara. Mulanya, kehidupan Tamara di pedesaan memang sangat membosankan, belum lagi tingkah ibunya yang seperti orang paling depresi di seluruh dunia.

Suatu ketika, ada sebuah perpustakaan keliling dengan seorang petugas berwajah rupawan bernama Marcus datang ke rumah yang sedang ditinggali oleh Tamara. Mereka berjalan bersama ke kota dan Tamara menemukan sebuah buku polos tanpa judul dan nama penulis yang digembok di perpustakaan keliling itu. Rasa penasaran membuat Tamara membawa buku itu. Ternyata buku itu adalah buku kosong, dan suatu ketika, Tamara melihat buku itu telah ditulis dengan sudut pandang dirinya dan apa kejadian yang akan menimpanya esok hari. Tamara tidak bermimpi. Buku itu adalah petunjuk mengenai segalanya.

---

Awalnya, saya merasa buku ini akan biasa saja seperti P.S. I Love You, karena gaya bahasa yang ditampilkan sangat santai, 'remaja-luar-negeri-banget', selain itu banyak hal-hal yang tak saya mengerti dalam buku ini. (Hal-hal tentang jokes di sana, atau acara televisi di sana). Akhirnya, berkat tekad yang kuat saya berhasil menamatkan buku ini (padahal buku ini tidak tebal) dan malah kagum karena jalan ceritanya.

Semua keluarga memiliki rahasia, kebanyakan orang tidak akan pernah mengetahuinya... (hlm. 472)

Buku ini tidak sesimpel tokoh utamanya, Tamara. Buku ini menampilkan konflik yang lebih pelik dari sekadar misteri atau rasa penasaran gadis yang terkesan slengean. Sayangnya, buku ini memang diawali dengan jalan cerita yang membosankan, bertele-tele, dan terlalu banyak intro. Memasuki setengah buku, baru petualangan yang sebenarnya akan dimulai.

Kepribadian Tamara yang egois sedikit demi sedikit akan terkikis sejak Buku Esok Hari ada di tangannya. Jalan pikirannya kemudian rumit, membelit. Ia hanya seorang remaja yang ingin hidup normal, tapi kehadiran buku itu membawa petaka bagi hidupnya--walau ia juga sangat penasaran.

Saya sangat suka dengan ide cerita Ahern di buku ini. Agak seperti Agatha Christie, eh? Tanpa pembunuhan, tentunya. Tentang bagaimana Tamara mengungkap misteri-misteri yang ditunjukkan oleh buku itu adalah keseruan tersendiri bagi saya. Bahkan, Tamara dijuluki sebagai Nancy Drew oleh salah satu tokoh lain dalam buku ini.

Walau ada beberapa hal yang terasa mengganjal, namun saya akan tetap memberi 5 bintang untuk buku ini karena ide cerita dan petualangan batin yang saya dapat :p

Sabtu, 24 Desember 2016

Review: Sad Cypress - Mawar Tak Berduri


Judul: Sad Cypress - Mawar Tak Berduri
Penulis: Agatha Christie
Alih Bahasa: Ny. Suwarni A.S.
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Februari 2013 (Cetakan VII)
ISBN: 978-979-22-9155-1

Adegan pertama berada di ruang sidang dengan Elinor Carlisle sebagai terdakwa pembunuhan seorang gadis muda yang cantik dan disenangi semua orang, Mary Gerrard.

Semua bukti mengarah pada Elinor dan ia tak bisa mengelak karena bukti-bukti yang dikemukakan memang benar adanya.

Seoang dokter bernama Peter Lord berusaha keras untuk mencari bukti-bukti lain karena ia yakin Elinor bukanlah pembunuh Mary Gerard. Akhirnya Peter Lord membutuhkan bantuan Hercule Poirot untuk memecahkan kasus ini.

Apakah benar Elinor yang telah membunuh Mary Gerard? Atau mungkin Mary Gerard bunuh diri? Mungkinkah Roddy atau Ted atau Suster Hopkins atau Suster O'brien yang membunuh Mary? Atau ada pelaku lain yang tidak muncul sebagai tokoh dalam novel ini?

***

Membaca adegan pertama novel Agatha Christie yang satu ini bisa dibilang mirip dengan kasus yang beberapa bulan terakhir heboh di Indonesia, kasus sianida. Bedanya, Mary Gerard dalam novel ini mati karena morfin. Semua bukti pun hanya mengarah pada Elinor. Hanya Elinor lah yang memiliki alasan untuk dapat membenci Mary sehingga mungkin dapat berpikir untuk membunuhnya.

Saya sendiri dari awal agak bingung untuk berpikir siapa pelaku sebenarnya, karena tingkah Elinor memang benar-benar seperti pembunuh Mary. Lalu, hampir semua tokoh saya curigai. Dan pada akhirnya, tebakan saya mengenai pembunuh Mary yang sebenarnya ternyata betul.

Saya lega setelah mengetahui hal tersebut. Meskipun begitu, saya tetap menyukai jalan cerita yang dibuat sedemikian rupa oleh Agatha Christie dan alasan-alasan yang dikemukakan oleh para tokoh dalam novel ini. Selain itu, saya juga menyukai kisah cinta manis yang menjadi bumbu novel ini ;)

Selasa, 08 Desember 2015

Review: Maryam


Judul: Maryam
Penulis : Okky Madasari
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Februari 2013 (Cetakan II)
ISBN: 978-979-22-9384-5

Maryam Hayati adalah seorang perempuan yang terlahir dari keluarga Ahmadiyah dan tinggal di daerah pesisir Lombok. Sejak kecil, Maryam harus terbiasa dengan kata 'sesat' yang ditujukan kepadanya maupun keluarganya. Hingga saat ia menempuh kuliah di Surabaya dan tinggal bersama keluarga kenalan Ayahnya yang juga Ahmadiyah, ia masih taat dan rajin mengikuti pengajian Ahmadiyah dan dijodoh-jodohkan dengan salah satu pemuda Ahmadiyah yang bernama Gamal. Saat Maryam baru merasakan apa yang dinamakan dengan jatuh cinta, ia juga harus merasakan apa yang dinamakan dengan patah hati. Karena Gamal ternyata malah membangkang dan berkata bahwa ajaran Ahmadiyah itu sesat setelah ia pergi observasi ke Banten untuk menyelesaikan kuliahnya. 

Setelah lulus kuliah, Maryam pun bekerja di Jakarta. Di sana, ia bertemu dengan seorang pemuda bernama Alam yang sangat memikat hatinya. Mereka saling mencintai dan berencana menikah. Sayangnya, Alam bukan berasal dari Ahmadiyah. Hal inilah yang membuat kedua orangtua Maryam menyuruh Maryam agar putus dengan Alam. Namun, Maryam bersikeras tidak menginginkan hal itu. Alam juga tidak mau ikut menjadi Ahmadiyah. Sehingga, akhirnya Maryam harus benar-benar meninggalkan keluarganya dan Ahmadiyah yang selama ini telah melekat di hatinya.

***

Perjalanan hidup Maryam dan keluarganya yang minoritas dan penuh dengan lika-liku membuat saya sebagai pembaca merasa terhanyut dan terbawa perasaan karena Okky Madasari mahir memainkan kata-kata dan mengolah jalan cerita dengan menarik. Sebagai sesama perempuan, saya mengerti perasaan Maryam yang ingin mempertahankan cintanya dengan Alam, namun di lain hal, harus juga mempertahankan keyakinan yang telah ia pegang sejak lahir.

Selain itu, sikap ibu mertua Maryam yang seakan selalu menyindir Maryam dengan kata 'sesat' walaupun tidak secara jelas ditujukan kepada Maryam, juga saya rasa banyak orang-orang seperti itu. Apalagi saat mengetahui bahwa Maryam belum hamil setelah beberapa tahun menikah.

Terlebih lagi, penderitaan keluarga Maryam yang diusir dari tanah yang dimilikinya sendiri hanya karena mereka kaum minoritas sangat menyentuh hati dan membuat sedih. Bagaimana bisa orang-orang bersikap kejam dan beringas terhadap sesama manusia hanya karena mereka dianggap sesat?

Namun, entah mengapa di bagian belakang novel ini, jalan ceritanya menjadi kurang menarik dan agak bertele-tele sehingga membuat saya agak bosan dan ingin cepat-cepat menyelesaikan novel ini.



Rabu, 24 Juni 2015

Review: 1 Perempuan 14 Laki-Laki


Judul: 1 Perempuan 14 Laki-Laki
Penulis: Djenar Maesa Ayu, Agus Noor, Arya Yudistira Syuman, Butet Kertaredjasa, Enrico Soekarno, Indra Herlambang, JRX, Lukman Sardi, Mudji Sutrisno, Nugroho Suksmanto, Richard Oh, Robertus Robet, Sardono W. Kusumo, Sujiwo Tejo, dan Totot Indrarto
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Juni 2011 (Cetakan IV)
Harga: Rp.20.000,- (Buku GPU Obral)
ISBN: 978-979-22-6608-5

Seusai membaca buku kumpulan cerpen yang terkesan kontroversial ini, saya berpikir buku ini sangat jauh bila dibandingkan dengan buku-buku Djenar lain yang pernah saya baca sebelumnya, yakni: Mereka Bilang, Saya Monyet!, Cerita Pendek Tentang Cerita Cinta Pendek, dan T(w)ITIT.

Dan saya setuju dengan salah satu review di Goodreads bahwa saya menjadi lebih fokus ke 'mana tulisan Djenar dan mana tulisan penulis lain, ya?' karena dalam pengantar buku ini diceritakan bahwa buku ini lahir dari satu kalimat Djenar dan satu kalimat penulis lain di setiap cerita pendek.

Intinya, saya lebih menyukai, menikmati, dan memahami cerita-cerita Djenar jika ia menulis sendiri, walaupun bahasanya lebih vulgar. Tapi menurut saya, Djenar Maesa Ayu adalah penulis yang kerap mengangkat cerita-cerita yang tabu namun tetap terdapat pesan di dalamnya, yang dalam buku 1 Perempuan 14 Laki-Laki ini, saya tak menemukan pesan-pesan seperti itu sama sekali.



Kamis, 18 Juni 2015

Review: Hujan Bulan Juni


Judul: Hujan Bulan Juni
Penulis: Sapardi Djoko Damono
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Juni 2015
Halaman: 144
Harga: Rp.50.000
ISBN: 978-602-03-1843-1

Bulan Juni dan Sapardi seakan tak dapat dipisahkan. Setelah menulis puisi berjudul Hujan Bulan Juni, ia menerbitkan sebuah novel yang berjudul sama, namun menurutnya cerita dalam novel ini tak ada kaitannya dengan puisi tersebut.

***

Novel ini menceritakan kisah cinta antara Sarwono, dosen muda Antropologi UGM yang digambarkan kurus kering dan sering batuk-batuk, dengan Pingkan, dosen muda Sastra Jepang UGM.

Pingkan yang berdarah Jawa-Menado--tak mau disebut sebagai Menado, namun juga tak pantas disebut sebagai Jawa--, sering meledek Sarwono yang Jawa tulen dengan sebutan 'Jawa Zadul'. Kisah cinta mereka memang unik, tidak mengumbar-umbar kata-kata romantis, malah lebih sering mengejek satu sama lain.

Namun, keharmonisan mereka berdua terhalang oleh hal yang sulit untuk membuat hubungan mereka maju, yakni agama. Walaupun mereka terlihat seperti tidak ambil pusing akan hal itu, namun pihak keluarga besar Pingkan dari Menado lah, yang seakan protes dengan keputusan Pingkan memacari lelaki Jawa seperti Sarwono.

Suatu ketika, Pingkan ditugaskan berangkat ke Jepang oleh fakultasnya. Pingkan sebenarnya sangat ingin Sarwono ikut ke Jepang bersamanya, namun Sarwono berpikir hal itu sangat tak mungkin untuk dilakukannya. Untuk saling meredam rasa rindu pun, mereka berdua kerap berkirim WA. Sampai suatu hari, Sarwono tidak membalas-balas WA Pingkan. 

***

Sebenarnya novel ini sangat smooth jalan ceritanya walaupun alurnya bukan alur maju, dan cerita novel ini nggak kayak sinetron-sinetron, kok. Itu saya dramatisir aja sinopsisnya hahaha...

Buat para pencinta Sapardi, novel ini sangat layak untuk dimiliki, sih. Namun untuk opini saya sendiri, saya amat sangat nggak suka sama endingnya yang gantung! Jadi, jangan harap kalian bakal menemukan akhir yang bahagia atau akhir yang sedih. 

Kesimpulannya adalah, saya lebih menyukai sajak-sajak Sapardi ketimbang cerita-cerita pendeknya maupun novelnya sejauh ini. Tapi saya masih penasaran dengan Trilogi Soekram, sih.

Sabtu, 31 Januari 2015

Review: Tabula Rasa dan Tebak Secret Santa

Judul : Tabula Rasa
Pengarang : Ratih Kumala
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Terbit : September 2014 (Cetakan I edisi cover baru)
Halaman : 192
Harga : Rp. 58.000,-
ISBN : 978-602-03-0946-0

Pada awal novel ini, kita akan dibawa kembali ke tahun 1990 saat Galih masih kuliah di Moskwa dan jatuh cinta pada gadis berkewarganegaraan tersebut bernama Krasnaya yang suka melukis. Hari-hari Galih di Moskwa semakin berwarna sejak hadirnya Krasnaya. Sayangnya, saat itu Moskwa mengalami gonjang-ganjing sehingga negara tersebut memulangkan orang-orang yang bukan warga negaranya, termasuk Galih. Mereka berdua pun terpisah.

Lalu, kita dibawa menyelami pikiran Raras melalui sudut pandangnya. Dulu, Raras mempunyai seorang sahabat perempuan bernama Violet, atau biasa ia panggil Vi. Sayangnya, Vi adalah pecandu narkoba dan sempat mendekam di pusat rehabilitasi. Raras selalu menemani Vi dan menyemangati Vi agar ia bisa sembuh.

Pada tahun 2001, Galih dan Raras bertemu dan mereka saling jatuh cinta walaupun Galih adalah dosen Raras, walaupun ia tak pernah mengajarnya secara langsung.


Ratih Kumala mengemas novel sastra yang terbit pertama kali tahun 2004 ini dengan sangat apik. Apalagi dengan latar di Moskwa yang saat itu sedang berbahaya, topik utama cinta yang dibumbui oleh realitas kehidupan ditulis dengan sangat apik. Membaca novel ini awalnya mungkin agak terasa seperti teenlit, namun setelah kita menggali lebih dalam, Ratih mengangkat tema yang cerdas. Tak heran, novel ini mendapat nomor kemenangan di Sayembara Menulis Novel 2003 yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Jakarta. Budi Darma, Maman S. Mahayana, dan Puthut EA juga turut memberikan pujian di cover belakang novel ini. Hanya, agak terganggu dengan terjemahan yang tidak perlu seperti, “Still wanna see that old grandpa there or not? Masih mau lihat ‘kakek’ nggak?” (Hal. 4)

TEBAK SECRET SANTAA!


Sebelumnya, aku ingin mengucapkan mohon maaf yang sebenar-benarnya karena baru review sekarang. Hiks.. hiks... Udah lama postingnya, dan aku benar-benar nggak tahu siapa Santa-ku yang baik hati :( huhuhu... Maafkan aku ya, Santakuu

Rabu, 07 Januari 2015

Review: Looking for Alaska (Mencari Alaska)

Judul : Looking for Alaska (Mencari Alaska)
Pengarang : John Green
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Terbit : 2014 (Cetakan I)
Halaman : 286
Harga : Rp.55.000,-
ISBN : 978-602-03-0732-9

Miles Halter yang tidak punya teman akhirnya memutuskan untuk pindah ke sekolah asrama Culver Creek di Alabama dan meninggalkan kedua orangtuanya di Florida. Ia sekamar dengan seseorang yang bernama Chip Martin, namun biasa dipanggil Kolonel, yang memberikan julukan Pudge untuk Miles. Dari Kolonel, Pudge dikenalkan dengan Alaska, seorang anak perempuan yang nyentrik, lucu, pintar, dan memikat. Selain Alaska, ada juga Takumi. Mereka berempat selalu bersekongkol untuk melakukan kejahilan-kejahilan atau melanggar peraturan.

Hidup Pudge yang tadinya amat membosankan, menjadi sangat gila dan tak pernah ia dapat bayangkan sebelumnya.

Membaca novel konyol ini akan membuat kita banyak tersenyum dan bahkan tertawa. Sosok Pudge digambarkan sangat kuat karena ia mempunyai satu sifat yang unik, yaitu hapal setiap kalimat terakhir dari orang-orang terkenal di dunia. Begitu juga dengan Alaska yang ceplas-ceplos dan jalan pikirannya selalu out of the box.

Ending novel ini cukup mengejutkan dan sangat cerdas. John Green selalu dapat membuat kagum mulai dari The Fault in Our Stars, An Abundance of Katherines, dan saat ini saya sedang menunggu Paper Towns.


Jumat, 24 Oktober 2014

Review: Juragan Haji

Judul Buku      : Juragan Haji
Penulis             : Helvy Tiana Rosa
Penerbit           : Gramedia Pustaka Utama
Tahun              : Agustus, 2014
Tebal               : 188 halaman
Harga              : Rp. 44.000,00          

            Buku yang memuat 18 cerita pendek Helvy Tiana Rosa ini  membuat saya semakin mencintai sastra karena sang penulis memilih diksi yang dapat menggetarkan hati. Ide-ide cerdas yang dituangkan oleh Helvy sarat dengan kritik sosial dan mayoritas mengambil latar di daerah-daerah konflik seperti Ambon, Timor Timur, Aceh, Sampit, dan bahkan daerah konflik luar negeri seperti Palestina dan Serbia.

            Para pembaca akan disambut oleh cerpen berjudul Cut Vi yang sangat inspiratif dengan kalimat awal:

Aku ingin menjadi istrimu. Aku percaya pada apa yang kulakukan dan tak peduli bila terkesan aku yang melamarmu. Lagi pula apa salahnya meminta pria berbudi menjadi suami? Maka, Agam, sudikah?
            Selain mengambil latar di berbagai daerah konflik, Helvy juga menghadirkan kritik sosial seperti korban kekerasan dalam rumah tangga dan juga anak-anak pekerja di luar negeri. Namun, ada cerita pendek yang tidak terlalu serius dan mengandung humor seperti cerpen berjudul Titin Gentayangan.

            Ada juga cerita pendek berjudul Mencari Senyuman yang berbentuk seperti naskah drama yang dapat mengundang senyum namun juga dapat membuat kita berpikir kembali tentang arti senyuman yang sebenarnya.

Juragan Haji sendiri, yang dipakai menjadi judul buku ini mengambil tema dan diksi yang tidak terlalu serius dan tidak sarat dengan nuansa sastra. Juragan Haji bercerita tentang seorang pembantu rumah tangga yang ingin seperti majikannya, dapat berkali-kali menunaikan ibadah haji.

Kumpulan cerita pendek pilihan yang ditulis oleh Helvy dalam rentang 1995-2005 ini pernah dibukukan dengan judul lain yaitu Bukavu pada tahun 2008. Cerpen berjudul Kivu Bukavu dalam buku ini terinspirasi dari Ernest Hemingway yang sangat memuji Kivu, sebuah danau di kota Bukavu, Negara Rwanda, Afrika.

Dalam buku ini juga terdapat sebuah cerita pendek yang telah mendapatkan penghargaan sebagai Cerpen Terbaik Majalah Sastra Horison (1990-2000), berjudul Jaring-Jaring Merah dengan tokoh utama sang ‘aku’ yang biasa dipanggil Inong disangka gila oleh warga dan dirawat oleh seorang perempuan bernama Cut Dini. Cerpen ini mengambil latar di daerah Aceh.

Berbagai cerita pendek yang berlatar di daerah konflik membuat kita seakan benar-benar masuk dan mengalami peristiwa-peristiwa tersebut. Dengan para tokoh utama yang mayoritas perempuan yang digambarkan memiliki sifat pemberani, idealis, dan istiqomah mungkin akan membuat para pembaca yang telah mengenal sang penulis bahwa tokoh-tokoh utama ini merupakan representasi sifat-sifat Helvy.


Membaca buku ini dapat mendidihkan emosi juga membuat kita semakin peka dan kritis. Helvy seakan mengajak kita berteriak untuk menyuarakan emosi dalam hati dengan cara menulis yang puitis. Jika ingin membaca cerita pendek namun seperti membaca puisi, buku inilah jawabannya.

Sabtu, 08 Maret 2014

Review: From Sumatra with Love

Judul: From Sumatra with Love
Pengarang: Esi Lahur
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Februari 2012 (cetakan 2)
Halaman: 226

Sekelompok sahabat yang menamakan dirinya Kelompok Sembilan dan terdiri dari Clarissa, Anty, Kelly, Nidya, Lia, Sandro, Adi, Krisna, dan Mahmud memiliki rencana untuk pergi ke Sumatra memakai uang mereka masing-masing saat libur kenaikan kelas.

Tiba di Sumatra, mereka menganggap perjalanan mereka sangat menyenangkan. Namun, lama kelamaan sifat-sifat buruk salah satu dari mereka terlihat. 

Suatu malam, mereka bermain truth or dare. Mulai saat itu lah konflik konflik bermunculan. Untuk lebih lengkapnya, baca saja kelanjutan keseruan perjalanan mereka dalam novel ini.

Novel yang ditulis dari sudut pandang Clarissa ini mengambil konflik yang remaja sekali. Sangat menghibur karena jokes yang terdapat di dalam novel ini lucu, menurutku.

Btw, walaupun endingnya mudah ketebak, tapi tetap saja novel ini dapat menjadi salah satu buku hiburan yang menyenangkan, seperti perjalanan Kelompok Sembilan.

Kamis, 27 Februari 2014

Review: Dirty Little Secret


Judul: Dirty Little Secret
Pengarang: aliaZalea
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit: 2014
Halaman: 334

Pertama-tama, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk @fiksimetropop yang sudah memilih aku menjadi salah satu teman #BacaBarengMinjul #DLS_aliaZalea di twitter. Itu sebuah pengalaman yang menarik dan nggak akan terlupakan, deh! :D

"I love you because you make me a better person."

Dirty Little Secret diawali dengan e-mail dari Jana yang ditujukan pada Ben. Sebuah e-mail yang membuat Ben merasa sangat menyesal karena telah tega menyakiti hati Jana 8 tahun yang lalu. Maka, Ben menyusul Jana ke Jakarta. 
8 tahun bukan waktu yang sebentar. Perubahan demi perubahan terjadi dalam diri Jana maupun Ben. Ben merasa bahwa ia masih sangat mencintai Jana dan sangat membutuhkan Jana. Namun, apakah Jana merasakan hal yang sama setelah jeda waktu 8 tahun? Apalagi saat ini telah ada Erga dan Raka, dua anak kembar Jana, yang juga sumber kebahagiaan Jana.

"So, thank you for taking the time to open my eyes to see how much you mean to me."

So far, alur ceritanya sudah bagus dan sangat mengalir. Membuat para pembaca bisa merasakan emosi para tokohnya terutama Jana dan Ben. Tapi, menurutku endingnya kurang dikiiiit lagi. Hehe...
Ini adalah kali pertama aku membaca karya Mbak aliaZalea dan aku jadi penasaran sama karya-karya Mbak alia yang lain. Oh iya, novel ini diawali dengan e-mail dan diakhiri dengan e-mail juga, lho!


Kamis, 09 Januari 2014

Review: Wanita Dalam Lukisan

Judul: Wanita Dalam Lukisan (Rose Madder)
Pengarang: Stephen King
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Juli 2007 (cetakan 3)
Halaman: 766

Sinopsis:
Rose Daniels hidup dalam kegilaan suaminya selama belasan tahun, menahankan penganiayaan demi penganiayaan. Namun suatu ketika ia terjaga dari mimpi buruknya--oleh setitik darah di seprainya. Ia pun melarikan diri, untuk memulai hidup baru.

Namun Norman Daniels tidak mau begitu saja ditinggalkan, apalagi sang istri membawa kartu ATM-nya. Norman pun berangkat mencarinya. Dan sebagai polisi, ia sudah terlatih mencari jejak.

Tapi Rosie yang kemudian dijumpainya bukan lagi Rosie yang dulu. Rosie yang selalu penakut dan selalu pasrah telah memperoleh kehidupan baru yang indah, kekasih baru yang mencintainya, dan... kekuatan misterius yang didapatkannya dari ROSE MADDER, wanita dalam lukisan yang dibelinya di sebuah toko gadai. Maka dimulailah pertarungan hidup dan mati dalam dunia di balik lukisan.

Review:
Awalnya, Stephen King sudah menyuguhkan pembaca dengan kekerasan yang dilakukan Norman kepada Rosie yang sangat sadis. Norman membuat Rosie kehilangan bayi dalam kandungannya dan Rosie sangat sedih karena hal itu. Tapi, tentu saja Rosie tidak bisa berbuat apa-apa selain hanya pasrah menerima perlakuan kasar Norman. 

Suatu hari, Rosie seperti terbangun dalam mimpi buruknya ketika ia melihat setetes darah di seprainya. Ia berpikir ia harus berlari dari rumah yang telah ditempatinya dan menjadi saksi bisu kekerasan yang dilakukan Norman selama belasan tahun. Tapi, Rosie masih bimbang. Ia tahu, Norman akan sangat mudah melacaknya karena Norman adalah seorang polisi. Akhirnya, Rosie pun kabur juga. 

Ia bingung ingin pergi kemana karena ia sebatang kara. Sebatang kara dan merana. Ia hanya ingin pergi jauh sejauh-jauhnya dari Norman dengan membawa kartu ATM Norman. Rosie yang pada dasarnya baik hati, tetap saja tidak tega mengambil semua uang milik Norman dalam ATM-nya. Ia hanya mengambil sedikit uang, kemudian membuang kartu ATM tersebut ke tong sampah di terminal bus.

Di terminal, Rosie melihat seorang lelaki baik hati yang akhirnya menyuruhnya untuk tinggal sementara di Daughters & Sisters, semacam naungan untuk wanita-wanita teraniaya yang butuh bantuan dan tidak tahu harus kemana. Di D & S, Rosie memohon kepada Anna Stevenson, sang pemilik D & S, untuk tinggal disana. Untungnya, Anna menyetujuinya. Dan Anna pula lah yang mencarikan Rosie pekerjaan. 

Setelah beberapa bulan bekerja, Rosie berniat untuk menjual cincin kawinnya, yang menurut Norman sangat berharga, karena menurut Rosie cincin itu tak ada artinya lagi. Di toko gadai, Rosie melihat sebuah lukisan besar yang seperti memanggil-manggil dirinya. Rosie pun akhirnya membeli lukisan yang menampilkan sesosok wanita yang menghadap ke arah bukit. Dan kehidupan Rosie pun mulai berubah sejak memajang lukisan itu di kamar apartemennya yang baru.

Jadi, kesan aku selama membaca novel ini adalah merinding. Norman benar-benar sadis pada istrinya sendiri. Semoga saja nggak ada lelaki seperti Norman di dunia nyata. Ia benar-benar gila, psikopat, licik, dsb. Aku nggak bisa membayangkan bagaimana Rosie bisa tahan hidup dalam siksaan Norman selama belasan tahun. Untungnya, Rosie memiliki keberanian untuk kabur dari Norman.

Untuk Om Stephen King, maaf aku hanya bisa memberi 2 bintang untuk novelmu yang pertama kali kubaca ini. Bukan karena jelek, dan aku sangat menghargai kegigian Om Stephen yang telah bersusah payah membuat novel tebal ini, kok. Setiap penulis memiliki ciri khasnya masing-masing. Aku rasa, ini not my cup of tea saja. Oh iya, dan aku bingung dengan genre novel ini. Fantasy, thriller, or horror?


Kamis, 12 Desember 2013

Review: Grey Sunflower

Judul: Grey Sunflower
Pengarang: Ruth Priscilia Angelina
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit: September 2010
Halaman: 244

Sinopsis:
Louise, si gadis pecinta bunga matahari, memutuskan melarikan diri ke Belanda untuk membuka lembaran baru setelah kematian cinta pertamanya, Davin. Di sana ia berniat melanjutkan kuliah dan melupakan segala hal yang berhubungan dengan cinta. Tetapi takdir malah mempertemukannya dengan Ben, saudara kembar Davin. Perasaan Louise campur aduk, kenangan akan Davin menariknya kepada Ben.

Namun, seakan hidup Louise belum cukup membingungkan, takdir malah memperumitnya dengan menghadirkan kembali Gerard, pria yang juga pernah mengisi hidupnya dan telah beberapa tahun menghilang.

Dibayangi kenangan dan balutan kebimbangan, bisakah Louise menemukan Bunga Matahari-nya yang sejati?

Review:
Aku nggak akan nulis sinopsis menurutku di reviewnya karena sinopsis di belakang novelnya sudah menjelaskan banget isi novel ini. Eh, sebenernya nggak banget juga, sih.

Yang aku suka dari novel ini adalah covernya. Ya, aku pecinta bunga matahari. Seperti kata Miranda Kerr:

“A rose can never be a sunflower, and a sunflower can never be a rose.All flowers are beautiful in their own way, and that’s like women too. I want to encourage women to embrace their own uniqueness.”


Loh kok, malah bawa-bawa quotes-nya orang lain ya? Hehehe...

Oh iya, aku juga suka cara Ruth menulis. Gaya penulisannya itu membuat aku jatuh cinta. 

Dan aku juga suka banget-bangetan sama Gerard! Di dunia ini ada nggak ya, cowok kayak dia? Ih, mau banget deh punya pacar kayak Gerard.

Sorry nih, review-nya terkesan mau nggak mau, ya? Sebenernya bukan gitu. Aku masih speechless aja baca novel ini. Aku suka jalan ceritanya, aku suka Gerard, dan aku suka endingnya. 

Rabu, 11 Desember 2013

Review: Victory

Judul: Victory
Pengarang: Luna Torashyngu
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Januari 2006
Halaman: 290

Sinopsis:
Benarkah tinggal serumah dengan saudara tiri sangat nggak menyenangkan? Kalo pertanyaan itu diajukan pada Raka, dia pasti setuju. Paling nggak itulah yang ia alami ketika harus tinggal dengan Oti, adik tirinya yang tomboi abis. Tingkah laku Oti sering bikin Raka keki.

Apa bener Oti emang bandel dan susah diatur? Ia memang cablak, tukang perintah, dan sok jagoan. Pokoknya nggak cewek banget deh. Tapi Oti berani membela teman sesama kelas 1 SMA yang digencet kakak kelasnya. Ia juga rela berantem melawan preman yang mengancam teman-temannya.

Perlahan perasaan Raka kok mulai beda ya? Orang bilang benci itu awal cinta. Tapi apa hal itu berlaku untuk Raka? Oti kan adiknya, walau cuma adik tiri.

Review:
Hidup Raka berubah setelah kedatangan Oti di rumahnya. Rumah yang tadinya selalu sepi, aman, dan tenteram menjadi ribut, berantakan, dan berisik semenjak ada Oti. Awalnya Raka nggak suka banget sama Oti. Karena bagaimana pun kan, mama Oti yang mengambil papa Raka dari mama Raka, menurutnya. Pokoknya tiada hari tanpa bertengkar deh, mereka berdua. Untungnya, Ai, adik kandung Raka, nggak sebel juga sama Oti. Ai malah seneng dengan kedatangan Oti karena akhirnya ia bisa punya kakak perempuan.

Nah, selain di rumah, kelakuan Oti di sekolah pun nggak beda jauh di sekolah. Di sekolah ia berani ngelawan kakak kelasnya yang suka semena-mena, yaitu geng FIESTA. Ternyata, hal itu yang membuat Bayu, kakak kelas Oti, tertarik pada Oti. Oti tentu saja senang ditaksir Bayu karena Bayu itu ganteng dan terkenal di sekolahnya.

Namun, suatu hari Revi, salah satu anggota FIESTA, menantang Oti untuk ikut Pemilihan Putri SMA. Ajang kecantikan semacam Puteri Indonesia gitu, lah. Oti yang saat itu sedang emosi, tentu saja langsung menerima tantangan tersebut. Setelah dipikir-pikir, apa mungkin Oti bisa menang? Revi kan sudah malang-melintang di dunia model. Sedangkan Oti? Gaya jalan dan bicaranya saja seperti itu. 

Selama Oti di karantina, Raka merasa rindu dengan keributan yang ditimbulkan adik tirinya itu. Apakah rasa rindu itu hanya sebatas rindu seorang kakak kepada seorang adik atau rasa rindu yang lain? Raka bingung. Karena menurutnya, Oti tidak cantik seperti Ajeng, adik kelas Raka yang sedang ditaksirnya. Terus, apa yang membuat Raka tertarik pada Oti? Dan lagipula, Oti itu adik tirinya. Walau nggak ada hubungan darah sama sekali. Tapi kan tetap saja, tidak enak dilihat kalau saudara tiri naksir saudara tirinya yang lain.

Akhirnya baca teenlit ini juga. Sebenernya aku nge-fans sama Luna Torashyngu sejak baca teenlit series-nya yang D'Angel. Novelnya beda dari teenlit kebanyakan, lho! Tapi, selama baca Victory ini aku merasa Victory ada beberapa kesamaan dengan Beauty and the Best (novel Luna yang lain). Yaitu sama-sama berkompetisi untuk memenangkan sesuatu dan ada jurusan Geologi Unpad-nya. Ya, cuma itu sih. Hehehe...

Tapi overall, aku suka ide ceritanya. Pikiranku bisa diubah-ubah sama Luna. Pertama aku mikir "Loh, ini kan nggak bisa gini." Eh, ternyata di halaman-halaman berikutnya, kejanggalan-kejanggalan itu dijelaskan dan ya, bisa diterima oleh pikiranku, lah.

Psst...ada banyak kejutan yang diberikan novel ini. Jalan ceritanya tuh, yang bikin.......aah, baca saja deh! :p

Jumat, 06 Desember 2013

Review: Pembunuhan Terpendam

Judul: Pembunuhan Terpendam
Pengarang: Agatha Christie
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit: April 2012 (cetakan 7)
Halaman: 318

Sinopsis:
Sebuah rumah yang dijual murah telah menarik Gwenda untuk membelinya. Perasaan bawah sadarnya ternyata menuntunnya untuk menguak tabir yang telah lama dikubur di dalamnya.

Dibantu oleh Miss Marple, perempuan tua yang tampaknya tidak meyakinkan, sedikit demi sedikit ingatan Gwenda terbuka. Renovasi rumah, yang mengembalikan arsitektur rumah seperti aslinya, semakin membingungkannya. Kejadian-kejadian yang muncul dari bawah sadarnya semakin meyakinkan ada sesuatu yang tidak wajar pernah terjadi di rumah yang baru dibelinya itu.

Review:
Novel terakhir yang dikarang Agatha Christie sebelum ia meninggal dunia dengan misterius ini menceritakan tentang Gwenda, wanita berusia 21 tahun yang baru menikah dengan Giles. Mereka hendak membeli rumah, namun Giles melimpahkan tugas itu pada Gwenda. Jadilah Gwenda mencari rumah sendiri di dekat pantai karena ia tidak terlalu suka udara dingin.

Setelah beberapa lama mencari, akhirnya Gwenda menemukan sebuah rumah yang menurutnya cocok. Singkat kata, setelah membeli rumah tersebut, Gwenda hendak merenovasi rumah itu. Namun, apa yang diinginkan Gwenda ternyata adalah memang dekorasi rumah itu pada jaman dahulu. Gwenda mulai bingung. Apakah ia memiliki indra keenam? Ditambah lagi dengan khayalan buruknya saat menonton sebuah drama. Gwenda menghayal bahwa ada seorang wanita bernama Helen yang mati di rumah yang baru dibelinya itu. Masalahnya adalah, siapa Helen? Gwenda merasa tidak pernah kenal dengan wanita yang bernama Helen seumur hidupnya.

"Sepanjang umur saya, saya tak pernah memercayai orang begitu saja."

Maka, dengan bantuan Miss Marple dan Giles, Gwenda mencoba menguak rahasia tentang rumah itu dan tentang Helen.

Selama membaca, aku ikut berpikir keras, merasa deg-degan, seperti ikut masuk ke dalam cerita dan juga mengira-ngira siapa orang yang telah membunuh Helen. Dan aku berhasil menebak pelakunya! Ha! Benar, kan? Ya, ending-nya memang nggak unpredictable menurutku, tapi tidak mengurangi rasa kagumku terhadap Agatha Christie, lho! Siapa yang nggak kenal sama dia? Lagipula ini adalah kali pertama aku membaca novelnya. Intinya sih, mungkin pesan yang mau disampaikan sang penulis adalah waspadalah terhadap orang yang paling dekat denganmu! Dan jangan mudah percaya pada orang, sekalipun itu orang terdekatmu! 

Jumat, 22 November 2013

Review : Incognito

Judul : Incognito
Pengarang : Windhy Puspitadewi
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Terbit : April 2009
Halaman : 201

Sinopsis :
Sisca dan Erik tidak pernah menyangka, perjalanan waktu yang selama ini hanya mereka baca di buku akhirnya mereka alami sendiri!

Semua bermula ketika ia dan Erik harus mengambil foto di kawasan Kota Lama Semarang untuk tugas sekolah. Seorang anak bernama Carl tiba-tiba muncul di hadapan mereka dan mengaku berasal dari masa lalu.

Sisca dan Erik mendadak terseret petualangan bersama Carl, pergi ke tempat-tempat asing, bertemu dengan tokoh-tokoh sejarah yang selama ini cuma mereka temui dalam buku. Petualangan yang membuat mereka belajar banyak: menghargai waktu, persahabatan, dan diri mereka sendiri.

Review : 
Novel ini menceritakan tentang remaja bernama Erik dan Sisca yang bermusuhan sejak mereka saling kenal. Lucunya, mereka selalu berada dalam satu kelas sejak SMP sampai kelas 1 SMA.
Erik memiliki sifat yang dingin, sinis dan juga ehm..narsis. Namun sebenarnya ia pintar dan baik. Ia hanya tidak memperlihatkannya. Sisca sebal pada sifat Erik yang seperti itu.
Suatu hari, mereka ditugaskan untuk mengobservasi peninggalan bersejarah. Mereka berdua pun pergi ke Kota Lama Semarang karena mereka sekelompok. Tanpa diduga, disana mereka bertemu dengan Carl, seorang anak lelaki seusia mereka yang ternyata berasal dari masa lalu! Carl mempunyai jam yang disebutnya sebagai mesin waktu karena ia dapat pergi kemana pun dengan jam tersebut. Secara tidak sengaja, Erik dan Sisca ikut menjelajah waktu bersama Carl. Mereka bertemu dengan tokoh-tokoh terkenal dunia seperti Archimedes, Charles Darwin, dll.
Lalu, apakah Erik dan Sisca dapat pulang ke masa mereka kembali? Atau mereka akan terjebak di masa lalu? Dan siapa Carl? Mengapa tiba-tiba ia muncul?

Aku sangat suka dengan novel ini. Karena novel ini berbeda dari teenlit kebanyakan. Novel ini memberi kita banyak pengetahuan. Baik pengetahuan mengenai kehidupan pada jaman dahulu, maupun pengetahuan bahasa. Di novel ini, tidak hanya ada bahasa Inggris, namun juga ada bahasa Belanda, Jepang, dll.

"Jika kamu mengubah sejarah hari ini, kamu akan mengubah sejarah hingga lebih dari dua ribu tahun ke depan. Kamu mau mempertanggungjawabkannya?"
- Erik

Judul novel ini berasal dari kata terra incognita yang menurut Webster's Distionary artinya "unknown land" atau tanah tak dikenal. Mbak Windhy Puspitadewi memilih judul ini karena ketiga tokohnya bertualang dengan berpindah-pindah tempat dan waktu yang tak mereka kenal.
Mbak Windhy juga mengatakan bahwa novel ini adalah novel paling mahal dan melelahkan yang pernah ia buat. Ya, menurutku, hasilnya worth it banget, sih! Endingnya juga tidak terduga. Pokoknya kalian tidak akan menyesal kalau membeli novel ini. Ditunggu karya-karya selanjutnya, Mbak Windhy! :)

Jumat, 01 November 2013

Review : Love on the Blue Sky

Judul : Love on the Blue Sky
Pengarang : Mya Ye
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Terbit : Desember 2010
Halaman : 192

Sinopsis :
Di usia dua puluhan, Amanda yang cerdas dan berpendidikan teguh sudah mandiri, kariernya di sebuah bank swasta melesat pesat. Ia sangat yakin dengan cintanya terhadap Alex. Pria itu adalah segalanya baginya. Kekasihnya. Sahabatnya. Sandaran hidupnya. Orang yang selalu membuatnya tegar. Bahkan ketika mereka harus hidup berjauhan, Amanda ditugaskan sebagai kepala cabang di kota kecil yang sepi dan Alex meneruskan studinya untuk meraih gelar master di Eropa.
Demi cintanya, Amanda mengabaikan masa lalu Alex dan keluarganya yang tidak bersimpati pada Amanda. Ia setia menunggu Alex kembali ke Indonesia. Ia menjauhi Dino, pria yang dikenalnya di tempat tugas barunya itu dan sangat memperhatikannya.

Review :
Awal cerita dimulai oleh Amanda yang dipindahtugaskan ke sebuah kota kecil--yang sama sekali tidak disebutkan dalam novel ini. Hidup Amanda dapat tergolong mendekati sempurna, karena di usianya yang masih muda, ia sukses dalam karier dan mempunyai kekasih yang sangat perhatian padanya--walaupun adik kekasihnya itu tidak pernah senang dengan kehadiran Amanda.
Namun, karena kesuksesan itulah yang membuat Amanda sering dipindahtugaskan untuk memperoleh nasabah di kota kecil. Amanda pun menjalani LDR bersama Alex, kekasihnya. 
Tanpa diduga, seorang lelaki bernama Dino yang juga bertugas di kota yang sama dengan Amanda menaruh hati padanya. Amanda yang menjunjung tinggi kesetiaan, mengabaikan Dino dan bersikap jutek padanya. Tentu saja Dino tidak menyerah. Ia terus mendekati Amanda sampai 'cerita' itu terungkap.
Cerita apa yang kumaksud? Baca kelanjutannya di novel ini. Tapi, jangan ekspektasi terlalu tinggi dulu! Saat aku membaca novel ini pun, pikiranku sudah melayang kemana-mana. Maksudnya, aku sudah membayangkan ending 'seliar' mungkin. Ternyata, endingnya hanya seperti itu. Oke, aku harus menghargai sang penulis karena ide cerita yang oke banget dan alur cerita yang enak dibaca. Aku juga suka tokoh Amanda dan sebenarnya aku agak sebal dengan Dino :p.
Yang aku sayangkan dari novel ini adalah, kenapa nama kota kecilnya tidak disebutkan? Aku kan ingin tahu, kota mana yang ada pantai seindah itu (oke, itu bukan pantai melainkan Samudra Hindia). Nah, kota mana itu?
Nah, jika kalian butuh bacaan galau dan dapat membuat hati nyesek, kusarankan untuk membaca novel ini.