Pages

Kamis, 12 Desember 2013

Review: Grey Sunflower

Judul: Grey Sunflower
Pengarang: Ruth Priscilia Angelina
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit: September 2010
Halaman: 244

Sinopsis:
Louise, si gadis pecinta bunga matahari, memutuskan melarikan diri ke Belanda untuk membuka lembaran baru setelah kematian cinta pertamanya, Davin. Di sana ia berniat melanjutkan kuliah dan melupakan segala hal yang berhubungan dengan cinta. Tetapi takdir malah mempertemukannya dengan Ben, saudara kembar Davin. Perasaan Louise campur aduk, kenangan akan Davin menariknya kepada Ben.

Namun, seakan hidup Louise belum cukup membingungkan, takdir malah memperumitnya dengan menghadirkan kembali Gerard, pria yang juga pernah mengisi hidupnya dan telah beberapa tahun menghilang.

Dibayangi kenangan dan balutan kebimbangan, bisakah Louise menemukan Bunga Matahari-nya yang sejati?

Review:
Aku nggak akan nulis sinopsis menurutku di reviewnya karena sinopsis di belakang novelnya sudah menjelaskan banget isi novel ini. Eh, sebenernya nggak banget juga, sih.

Yang aku suka dari novel ini adalah covernya. Ya, aku pecinta bunga matahari. Seperti kata Miranda Kerr:

“A rose can never be a sunflower, and a sunflower can never be a rose.All flowers are beautiful in their own way, and that’s like women too. I want to encourage women to embrace their own uniqueness.”


Loh kok, malah bawa-bawa quotes-nya orang lain ya? Hehehe...

Oh iya, aku juga suka cara Ruth menulis. Gaya penulisannya itu membuat aku jatuh cinta. 

Dan aku juga suka banget-bangetan sama Gerard! Di dunia ini ada nggak ya, cowok kayak dia? Ih, mau banget deh punya pacar kayak Gerard.

Sorry nih, review-nya terkesan mau nggak mau, ya? Sebenernya bukan gitu. Aku masih speechless aja baca novel ini. Aku suka jalan ceritanya, aku suka Gerard, dan aku suka endingnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar