Pages

Jumat, 24 Oktober 2014

Review: Juragan Haji

Judul Buku      : Juragan Haji
Penulis             : Helvy Tiana Rosa
Penerbit           : Gramedia Pustaka Utama
Tahun              : Agustus, 2014
Tebal               : 188 halaman
Harga              : Rp. 44.000,00          

            Buku yang memuat 18 cerita pendek Helvy Tiana Rosa ini  membuat saya semakin mencintai sastra karena sang penulis memilih diksi yang dapat menggetarkan hati. Ide-ide cerdas yang dituangkan oleh Helvy sarat dengan kritik sosial dan mayoritas mengambil latar di daerah-daerah konflik seperti Ambon, Timor Timur, Aceh, Sampit, dan bahkan daerah konflik luar negeri seperti Palestina dan Serbia.

            Para pembaca akan disambut oleh cerpen berjudul Cut Vi yang sangat inspiratif dengan kalimat awal:

Aku ingin menjadi istrimu. Aku percaya pada apa yang kulakukan dan tak peduli bila terkesan aku yang melamarmu. Lagi pula apa salahnya meminta pria berbudi menjadi suami? Maka, Agam, sudikah?
            Selain mengambil latar di berbagai daerah konflik, Helvy juga menghadirkan kritik sosial seperti korban kekerasan dalam rumah tangga dan juga anak-anak pekerja di luar negeri. Namun, ada cerita pendek yang tidak terlalu serius dan mengandung humor seperti cerpen berjudul Titin Gentayangan.

            Ada juga cerita pendek berjudul Mencari Senyuman yang berbentuk seperti naskah drama yang dapat mengundang senyum namun juga dapat membuat kita berpikir kembali tentang arti senyuman yang sebenarnya.

Juragan Haji sendiri, yang dipakai menjadi judul buku ini mengambil tema dan diksi yang tidak terlalu serius dan tidak sarat dengan nuansa sastra. Juragan Haji bercerita tentang seorang pembantu rumah tangga yang ingin seperti majikannya, dapat berkali-kali menunaikan ibadah haji.

Kumpulan cerita pendek pilihan yang ditulis oleh Helvy dalam rentang 1995-2005 ini pernah dibukukan dengan judul lain yaitu Bukavu pada tahun 2008. Cerpen berjudul Kivu Bukavu dalam buku ini terinspirasi dari Ernest Hemingway yang sangat memuji Kivu, sebuah danau di kota Bukavu, Negara Rwanda, Afrika.

Dalam buku ini juga terdapat sebuah cerita pendek yang telah mendapatkan penghargaan sebagai Cerpen Terbaik Majalah Sastra Horison (1990-2000), berjudul Jaring-Jaring Merah dengan tokoh utama sang ‘aku’ yang biasa dipanggil Inong disangka gila oleh warga dan dirawat oleh seorang perempuan bernama Cut Dini. Cerpen ini mengambil latar di daerah Aceh.

Berbagai cerita pendek yang berlatar di daerah konflik membuat kita seakan benar-benar masuk dan mengalami peristiwa-peristiwa tersebut. Dengan para tokoh utama yang mayoritas perempuan yang digambarkan memiliki sifat pemberani, idealis, dan istiqomah mungkin akan membuat para pembaca yang telah mengenal sang penulis bahwa tokoh-tokoh utama ini merupakan representasi sifat-sifat Helvy.


Membaca buku ini dapat mendidihkan emosi juga membuat kita semakin peka dan kritis. Helvy seakan mengajak kita berteriak untuk menyuarakan emosi dalam hati dengan cara menulis yang puitis. Jika ingin membaca cerita pendek namun seperti membaca puisi, buku inilah jawabannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar