Pages

Tampilkan postingan dengan label Young-Adult. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Young-Adult. Tampilkan semua postingan

Jumat, 20 Januari 2017

Review: Semusim, dan Semusim Lagi

Judul: Semusim, dan Semusim Lagi
Penulis: Andina Dwifatma
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit: April 2013 (Cetakan I)
Tebal: 232 Halaman
ISBN: 978-979-22-9510-8

Membaca novel yang sama sekali belum saya ketahui sinopsisnya semacam tantangan bagi saya. Apakah novel tersebut akan memuaskan atau malah mengecewakan? Bahkan, saya juga belum pernah membaca review orang lain mengenai novel ini sebelumnya. 

Setelah sebelumnya membahas pemenang kedua di sini, sekarang saatnya saya membahas pemenang pertama.
---

Semusim, dan Semusim Lagi diambil dari puisi Sitor Situmorang yang berjudul Surat Kertas Hijau--setidaknya hal tersebut ada di cover belakang. Novel ini mengambil tokoh utama seorang gadis remaja berusia 17 tahun tanpa nama. Ia tak suka menyebutkan namanya, ia tak suka menyebutkan nama ayahnya.

Hubungan ia dan ibunya agak sulit dipahami karena mereka tinggal serumah namun hanya bicara seperlunya. Lebih terlihat seperti teman yang tidak terlalu dekat. Suatu hari, sepucuk surat muncul untuknya dari ayahnya. Ayahnya meminta agar ia datang ke kota S untuk menemuinya yang sedang sakit parah. Awalnya, ia merasa tak perlu datang ke sana karena ia ingin menjaga ibunya. Namun, suatu hal terjadi dan membuat ia akhirnya pergi ke kota S.

Di sana, ia tinggal di rumah yang bagus diantar oleh J.J. Henri, salah satu pegawai ayahnya. Ia belum menemui ayahnya karena belum saatnya. Hari demi hari ia habiskan di rumah itu sendirian. Akhirnya, J.J. Henri mengenalkannya pada Muara, anak laki-lakinya yang berusia 22 tahun.

Ia jatuh cinta pada Muara, hingga akhirnya tragedi itu terjadi. Ia bersikeras bahwa tragedi itu terjadi atas bantuan seekor ikan mas bernama Sobron. Tentu saja orang-orang tidak mempercayainya. 

---

Novel yang awalnya saya kira roman biasa ini--sekadar perempuan jatuh cinta atau rindu pada seorang lelaki, ternyata menyuguhkan cerita yang jauh lebih pelik dan di luar ekspektasi saya. Apakah memuaskan? Tentu saja. Entah mengapa novel ini semacam memiliki magnet agar saya tidak berhenti membacanya sebelum akhir.

Tokoh utama dari sebuah novel debut memang kerap kali dihubungkan dengan sang penulis. Setelah saya membaca blog Mbak Andina, memang sepertinya sang tokoh utama sangat mirip dengannya. Belum lagi bacaan-bacaan sang tokoh utama yang sering disebut dalam novel ini--lumayan banyak, sehingga saya sulit menulis ulang di sini, sama dengan bacaan-bacaan favorit Mbak Andina. Sebenarnya, bagi saya itu bukan masalah besar. Saya tetap menikmati ceritanya, kok.

Novel ini mengambil genre surealis pada akhirnya, walaupun pada bagian awal sangat terasa realisnya. Jujur, saya belum banyak membaca novel bergenre serupa. Sehingga, mungkin hal tersebut membuat saya takjub pada gaya pencerita penulisnya. Saya jadi paham kenapa novel ini menjadi Pemenang I Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta 2012

Tapi kemudian saya penasaran, jangan-jangan cerita yang panjang lebar dikemukakan di novel ini oleh 'aku' hanya khayalannya semata? Jangan-jangan sebenarnya ia memiliki kedua orang tua yang sayang dan dekat padanya? Siapa tahu?

Review: Di Tanah Lada

Judul: Di Tanah Lada
Penulis: Ziggy Zesyazeoviennazabrizkie
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Agustus 2015 (Cetakan I)
Tebal: 244 Halaman
ISBN: 978-602-03-1896-7

Mungkin agak telat karena saya baru membaca novel ini dua hari yang lalu, namun saya tetap ingin berbagi kesan saya terhadap novel ini karena saya suka cara bercerita penulisnya.

Awal mula saya tahu mengenai novel ini tentu saja dari fanpage Gramedia, lalu saya pikir nama penulisnya unik sekali. Kemudian saya beralih ke Goodreads dan waktu itu tentu saja belum banyak yang me-review.

Barulah pada akhir 2016 saya tiba-tiba penasaran dengan novel ini dan review di Goodreads sudah banyak yang memuji-muji novel ini. Sebenarnya bukan hal yang aneh, karena novel ini Pemenang II Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta.

---

Di Tanah Lada menceritakan tentang Ava--panggilan dari Salva, seorang anak perempuan berusia 6 tahun yang hubungan keluarganya tidak harmonis. Ayahnya suka marah, membentak, emosional terhadap hal-hal kecil sekali pun. Ibunya hanya bisa menerima kelakuan ayahnya, meskipun kadang suka membalas teriakannya.

Ava sangat pintar untuk ukuran anak-anak seusianya. Ia selalu membawa kamus yang diberikan oleh Kakek Kia--bapak ayahnya. Jika ada kata-kata yang tidak ia tahu maknanya, ia langsung mencari di kamus. Oleh karena itu, ia tumbuh menjadi anak yang selalu menggunakan bahasa baku.

Kemudian, setelah Kakek Kia meninggal dunia, ayahnya memaksa Ava dan ibunya untuk pindah ke Rusun Nero. Di sana ia bertemu dengan anak laki-laki bernama P, yang berusia 10 tahun. Ava merasa 'P' bukanlah nama, maka ia memanggilnya dengan sebutan Pepper.

P termasuk anak yang baik hati dan pintar karena ia selalu diajari oleh Mas Alri dan Kak Suri, dua orang yang tinggal di Rusun Nero juga. Ava pun akhirnya mengenal mereka berdua. 

Suatu ketika, P dan Ava ingin pergi bersama ke rumah Nenek Isma--nenek Ava, yang berada di luar pulau Jawa. Perjalanan mereka berdua menjadi perjalanan yang tak akan pernah mereka lupakan.

---

Ketika membaca Di Tanah Lada, saya berulang kali dibuatnya senyum-senyum karena membaca lucunya kelakuan dan bahasa yang digunakan Ava. Ava memang anak yang polos, namun kadang bahasanya membuat ia terdengar seperti orang yang sudah dewasa.

Sekilas, mungkin novel ini seperti hanya menceritakan kehidupan Ava yang menyedihkan, karena di usianya yang masih kecil, ia sudah harus menerima kelakuan ayahnya yang tidak manusiawi. Namun, novel ini bukan sekadar itu. Ada banyak hal dan pelajaran yang kita dapat saat membaca novel ini.

Sebenarnya, novel ini bukan melulu tentang Ava. Kehidupan P juga tak jauh merana. Ayahnya bahkan sering menyiksanya. Dibanding dengan Ayah Ava, Ayah P jauh lebih tidak punya hati. Di akhir novel, terkuaklah masa lalu P yang sebenarnya saya sudah bisa menduganya.

Hal yang saya sesali dari novel ini adalah, kenapa hanya masa lalu P yang dikupas tuntas? Bagaimana dengan Ava? Siapa tahu dulu ibu dan ayahnya juga memiliki rahasia? Selain itu, penyelesian novel ini juga membuat saya kecewa, karena saya kurang suka saja dengan cara penyelesaian seperti itu hehe.. kalau ini penilaian subjektif, sih.

Rabu, 18 Januari 2017

Review: The Book of Tomorrow - Buku Esok Hari

Judul: The Book of Tomorrow - Buku Esok Hari
Penulis: Cecilia Ahern
Alih Bahasa: Nurkinanti Laraskusuma
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Juli 2013 (Cetakan I)
Tebal: 480 Halaman
ISBN: 978-979-22-9787-4

Buku pertama Ahern yang telah saya baca, P.S. I Love You, tidak meninggalkan kesan yang mendalam bagi saya. Seingat saya, buku itu menceritakan tentang seorang istri yang menemukan surat-surat dari suaminya setelah suaminya meninggal karena kanker. Well, tema yang diangkat memang terkesan menyedihkan. Namun entah mengapa, mungkin karena gaya bahasanya yang santai, sehingga saya kurang merasakan feel sedihnya.

Sekarang, mari kita membahas The Book of Tomorrow, yang membuat saya tertarik karena covernya dan tak pernah berharap bahwa buku ini akan meninggalkan kesan yang begitu kuat bagi saya sebelumnya. (Singkatnya: suka parah!)

The Book of Tomorrow menceritakan tentang kehidupan seorang gadis remaja bernama Tamara Goodwin (Ya, Goodwin. Good. Win.) setelah ayahnya ditemukan meninggal dunia, atau lebih tepatnya bunuh diri karena menenggak vodka (atau semacamnya itu, lah) di ruang kerjanya. Kehidupan remaja Tamara yang awalnya penuh hura-hura dan sangat 'remaja-luar-negeri-banget' akhirnya terpaksa berubah 180 derajat karena ternyata ayahnya meninggalkan hutang yang amat banyak sehingga semua harta yang dimiliki keluarga mereka harus dijual.

Tamara dan ibunya kemudian tinggal bersama paman dan bibinya, Arthur dan Rosalenne, di sebuah pedesaan yang tentu saja dianggap tidak memiliki 'jiwa' oleh Tamara. Mulanya, kehidupan Tamara di pedesaan memang sangat membosankan, belum lagi tingkah ibunya yang seperti orang paling depresi di seluruh dunia.

Suatu ketika, ada sebuah perpustakaan keliling dengan seorang petugas berwajah rupawan bernama Marcus datang ke rumah yang sedang ditinggali oleh Tamara. Mereka berjalan bersama ke kota dan Tamara menemukan sebuah buku polos tanpa judul dan nama penulis yang digembok di perpustakaan keliling itu. Rasa penasaran membuat Tamara membawa buku itu. Ternyata buku itu adalah buku kosong, dan suatu ketika, Tamara melihat buku itu telah ditulis dengan sudut pandang dirinya dan apa kejadian yang akan menimpanya esok hari. Tamara tidak bermimpi. Buku itu adalah petunjuk mengenai segalanya.

---

Awalnya, saya merasa buku ini akan biasa saja seperti P.S. I Love You, karena gaya bahasa yang ditampilkan sangat santai, 'remaja-luar-negeri-banget', selain itu banyak hal-hal yang tak saya mengerti dalam buku ini. (Hal-hal tentang jokes di sana, atau acara televisi di sana). Akhirnya, berkat tekad yang kuat saya berhasil menamatkan buku ini (padahal buku ini tidak tebal) dan malah kagum karena jalan ceritanya.

Semua keluarga memiliki rahasia, kebanyakan orang tidak akan pernah mengetahuinya... (hlm. 472)

Buku ini tidak sesimpel tokoh utamanya, Tamara. Buku ini menampilkan konflik yang lebih pelik dari sekadar misteri atau rasa penasaran gadis yang terkesan slengean. Sayangnya, buku ini memang diawali dengan jalan cerita yang membosankan, bertele-tele, dan terlalu banyak intro. Memasuki setengah buku, baru petualangan yang sebenarnya akan dimulai.

Kepribadian Tamara yang egois sedikit demi sedikit akan terkikis sejak Buku Esok Hari ada di tangannya. Jalan pikirannya kemudian rumit, membelit. Ia hanya seorang remaja yang ingin hidup normal, tapi kehadiran buku itu membawa petaka bagi hidupnya--walau ia juga sangat penasaran.

Saya sangat suka dengan ide cerita Ahern di buku ini. Agak seperti Agatha Christie, eh? Tanpa pembunuhan, tentunya. Tentang bagaimana Tamara mengungkap misteri-misteri yang ditunjukkan oleh buku itu adalah keseruan tersendiri bagi saya. Bahkan, Tamara dijuluki sebagai Nancy Drew oleh salah satu tokoh lain dalam buku ini.

Walau ada beberapa hal yang terasa mengganjal, namun saya akan tetap memberi 5 bintang untuk buku ini karena ide cerita dan petualangan batin yang saya dapat :p

Selasa, 08 Desember 2015

Review: Sabtu Bersama Bapak


Judul: Sabtu Bersama Bapak
Penulis: Adhitya Mulya
Penerbit: GagasMedia
Terbit: 2015 (Cetakan XII)
ISBN: 978-979-780-721-4

Gunawan Garnida memutuskan untuk merekam video-video yang akan ditinggalkannya untuk anak-anaknya agar anak-anaknya tetap mengenal dan merasa dekat dengannya walaupun ia tidak bisa lagi di samping mereka, karena penyakit yang dideritanya. Dibantu oleh Itje, istrinya, maka ia memulai untuk merekam video-video tentang pelajaran hidup maupun sekadar berbagi cerita untuk Satya dan Cakra, kedua anak mereka.

***

Baru membaca sampai halaman ke-13 novel ini saja saya sudah meneteskan air mata. Entah karena novel ini benar-benar menyentuh atau hanya karena saya yang terlalu sensitif? Kata-kata Gunawan Garnida banyak yang menginspirasi dan memberi pelajaran bukan hanya untuk anak-anaknya, tapi juga untuk para pembaca novel ini. 

Alur novel ini juga dibuat halus dan membuat saya sebagai pembaca sangat nyaman saat membaca novel ini. Speechless pokoknya, nggak bisa berkata apa-apa lagi saya. Pokoknya saya sangat merekomendasikan novel ini bagi siapa pun. Laki-laki maupun perempuan, lajang maupun akan menikah atau sudah menikah sekalipun. Karena saya merasa, pemikiran pembaca pasti akan berubah ke arah yang lebih baik setelah membaca novel ini.



Rabu, 07 Januari 2015

Review: Looking for Alaska (Mencari Alaska)

Judul : Looking for Alaska (Mencari Alaska)
Pengarang : John Green
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Terbit : 2014 (Cetakan I)
Halaman : 286
Harga : Rp.55.000,-
ISBN : 978-602-03-0732-9

Miles Halter yang tidak punya teman akhirnya memutuskan untuk pindah ke sekolah asrama Culver Creek di Alabama dan meninggalkan kedua orangtuanya di Florida. Ia sekamar dengan seseorang yang bernama Chip Martin, namun biasa dipanggil Kolonel, yang memberikan julukan Pudge untuk Miles. Dari Kolonel, Pudge dikenalkan dengan Alaska, seorang anak perempuan yang nyentrik, lucu, pintar, dan memikat. Selain Alaska, ada juga Takumi. Mereka berempat selalu bersekongkol untuk melakukan kejahilan-kejahilan atau melanggar peraturan.

Hidup Pudge yang tadinya amat membosankan, menjadi sangat gila dan tak pernah ia dapat bayangkan sebelumnya.

Membaca novel konyol ini akan membuat kita banyak tersenyum dan bahkan tertawa. Sosok Pudge digambarkan sangat kuat karena ia mempunyai satu sifat yang unik, yaitu hapal setiap kalimat terakhir dari orang-orang terkenal di dunia. Begitu juga dengan Alaska yang ceplas-ceplos dan jalan pikirannya selalu out of the box.

Ending novel ini cukup mengejutkan dan sangat cerdas. John Green selalu dapat membuat kagum mulai dari The Fault in Our Stars, An Abundance of Katherines, dan saat ini saya sedang menunggu Paper Towns.


Kamis, 27 Februari 2014

Review: Selamat Datang Cinta


Judul: Selamat Datang, Cinta
Pengarang: Odet Rahmawati
Penerbit: GagasMedia
Terbit: 2013
Halaman: 223

Alona dan Bastian bersahabat sejak kecil. Mereka dapat mengerti satu sama lain. Namun, saat dewasa, mereka berpisah. Alona tinggal dan bekerja di Yogyakarta sedangkan Bastian menetap bersama keluarganya di Jakarta. Namun, karena suatu hal, Bastian mengunjungi rumah Alona di Yogyakarta.

"Disakiti sama orang yang kita sayang itu lebih menyakitkan. Ketimbang sama orang yang benci sama kita."

Alona pun memabntu Bastian untuk menyelesaikan masalahnya. Sedangkan, Alona masih terbayang-bayang oleh Galih, mantan pacarnya.

"Aku pernah mencintai kamu dengan cara yang paling sederhana. Maka, aku pun ingin melupakan kamu dengan cara yang sama."

Menurutku, novel ini beralur sangat cepat sehingga para pembaca tidak bisa merasakan emosi para tokoh. Dan juga, aku agak heran kenapa tokoh Galih tidak dibahas dengan jelas? Namun, novel ini lumayan juga untuk kLIn yang menginginkan novel ringan romantis.

Review: Memori


Judul: Memori
Pengarang: Windry Ramadhina
Penerbit: GagasMedia
Terbit: 2012
Halaman: 301

Jujur, aku berekspektasi tinggi saat akan membaca novel ini setelah melihat beberapa review dari para blogger lain.

"Nostalgia akan membuat siapa pun menjadi lemah dan tanpa sadar memaafkan kesalahan yang paling besar sekali pun."

Memori bercerita tentang Mahoni, seorang wanita muda yang bekerja sebagai arsitek di Virginia dan kembali ke Indonesia karena suatu urusan mendesak. Di rumah masa kecilnya di Jakarta, ia teringat kembali akan memori-memori dengan keluarganya yang tidak bisa disebut sebagai keluarga bahagia. Selain itu, ia juga diharuskan menjaga Sigi, seorang anak yang membuat Mahoni benci dengan seseorang dari masa lalunya hanya dengan mengingatnya saja.
Tanpa diduga, Mahoni pun bertemu dengan Simon, lelaki muda teman kuliahnya saat di Depok beberapa tahun yang lalu. Dan, setiap bertemu dengan Simon, Mahoni tidak dapat menepis kenangan-kenangan masa lalunya bersama Simon dalam memori.

"Kumpulan kenangan itu seperti kartu-kartu domino yang bediri berdekatan membentuk barisan rapi paling panjang. Ketika kartu yang berada di ujung terjatuh karena sentuhan, yang lain segera mengikuti satu per satu tanpa bisa dihentikan hingga semua kartu rebah."

Sejak membaca karya Mbak Windry yang berjudul London, aku jatuh cinta dengan rangkaian kata yang diciptakannya. Di novel London dan Memori, mayoritas bersetting saat hujan. Mengutip kata-kata Mbak Windry, bahwa hujan adalah sesuatu yang romantis dan magis. Namun, karena too high expectation di awal itulah aku jadi kurang menemukan greget dalam buku ini. Tapi, aku tetap suka dengan Mbak Windry dan tetap setia menunggu karya-karya teranyarnya.

Review: Dirty Little Secret


Judul: Dirty Little Secret
Pengarang: aliaZalea
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit: 2014
Halaman: 334

Pertama-tama, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk @fiksimetropop yang sudah memilih aku menjadi salah satu teman #BacaBarengMinjul #DLS_aliaZalea di twitter. Itu sebuah pengalaman yang menarik dan nggak akan terlupakan, deh! :D

"I love you because you make me a better person."

Dirty Little Secret diawali dengan e-mail dari Jana yang ditujukan pada Ben. Sebuah e-mail yang membuat Ben merasa sangat menyesal karena telah tega menyakiti hati Jana 8 tahun yang lalu. Maka, Ben menyusul Jana ke Jakarta. 
8 tahun bukan waktu yang sebentar. Perubahan demi perubahan terjadi dalam diri Jana maupun Ben. Ben merasa bahwa ia masih sangat mencintai Jana dan sangat membutuhkan Jana. Namun, apakah Jana merasakan hal yang sama setelah jeda waktu 8 tahun? Apalagi saat ini telah ada Erga dan Raka, dua anak kembar Jana, yang juga sumber kebahagiaan Jana.

"So, thank you for taking the time to open my eyes to see how much you mean to me."

So far, alur ceritanya sudah bagus dan sangat mengalir. Membuat para pembaca bisa merasakan emosi para tokohnya terutama Jana dan Ben. Tapi, menurutku endingnya kurang dikiiiit lagi. Hehe...
Ini adalah kali pertama aku membaca karya Mbak aliaZalea dan aku jadi penasaran sama karya-karya Mbak alia yang lain. Oh iya, novel ini diawali dengan e-mail dan diakhiri dengan e-mail juga, lho!


Selasa, 04 Februari 2014

Secret Santa 2013: Tokyo dan Holland

Judul : Tokyo
Pengarang : Sefryana Khairil
Penerbit : GagasMedia
Terbit : 2013
Halaman : 336

Sinopsis:
Pembaca tersayang,

Musim panas di Tokyo selalu memiliki banyak warna. Sefryana Khairil, penulis Sweet Nothings dan Coba Tunjuk Satu Bintang mengajak kita berkeliling negeri sakura bersama dua wartawan bernama Thalia dan Tora.

Keduanya dipertemukan oleh sebuah lensa. Lalu, Danau Shinobazu membuka mata keduanya tentang bahwa kenyataan sering sekali berbeda dengan asumsi mereka pada awalnya. Thalia dan Tora berbagi tawa dan saling menyembuhkan. Hingga mereka sama-sama ragu, benarkah semuanya hanya sekadar kebetulan? Atau ini adalah satu dari misteri Ilahi yang mereka belum temukan jawabannya?

Setiap tempat punya cerita.
Dan bersama surat ini, kami kirimkan cerita dari timur yang sarat akan aroma lembut bunga sakura. 

Enjoy the journey,

EDITOR

Review:
Thalia adalah seorang fashion editor sebuah majalah perempuan yang ditugaskan ke Tokyo untuk meliput pameran fashion internasional. Thalia pikir, hal tersebut sangat tidak boleh disia-siakan karena ia akan bertemu dengan Dean, pria yang pernah menjadi kekasihnya dan masih ia impi-impikan untuk menjadi pasangan hidupnya kelak. Namun, Dean masih tetap sibuk dengan pekerjaannya dan seolah mengabaikan Thalia. 

Tora adalah seorang reporter majalah LiveLife yang juga ditugaskan ke Tokyo untuk meliput kegiatan disana. Selain itu, Tora juga berniat untuk menemui Hana, wanita yang sangat ia cintai namun sayangnya memutuskan hubungan mereka. 

Takdir mempertemukan Thalia dan Tora. Tora tidak sengaja menabrak Thalia dan menyebabkan lensa kamera limited edition-nya retak. Mulai dari situ, keduanya bergantian memakai kamera Tora dan mereka berdua menjelajah Tokyo sambil mencoba mengerti satu sama lain.

Ini adalah kali pertama aku membaca karya Sefryana Khairil. Aku suka rangkaian kata yang ditulis olehnya, mungkin karena ia lulusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Jakarta :D

Banyak quotes bertebaran dalam novel ini. Seperti ini contohnya:

“Loving someone is never easy. Orang bilang cinta itu sederhana. Meski seringnya cinta tak sesederhana yang kita kira.”


Judul : Holland
Pengarang : Feba Sukmana
Penerbit : Bukune
Terbit : November 2013
Halaman : 289

Sinopsis:
Sejak menjejakkan kaki di Bandara Schiphol, Belanda, dan udara dingin menyambutnya, Kara tak lagi merasa asing. Mungkin, karena ia pun telah lama lupa dengan hangat.

Belasan ribu kilometer dari orang-orang tercinta, ia berharap bisa bersembunyi. Dari masa lalu, luka, dan cinta. Nyatanya, semua itu harus ia temukan lagi dalam kotak tua yang teronggok di sudut kamarnya. Kini, Kara tahu: Ibu yang pergi, Kara yang mencari. Tak ada waktu untuk cinta.

Namun, kala senja membingkai Leiden dengan jingga yang memerah, Kara masih ingat bisik manis laki-laki bermata pirus itu, “Ik vind je leuk”—aku suka kamu. Juga kecup hangatnya. Rasa takut mengepung Kara, takut jatuh cinta kepada seseorang yang akhirnya akan pergi begitu saja. Dan, meninggalkan perih yang tak tersembuhkan waktu. Seperti Ibu.

Aku tidak berada di sini untuk jatuh cinta, ulangnya dalam hati, mengingatkan diri sendiri.

Di sudut-sudut Leiden, Den Haag, Rotterdam, dan Amsterdam yang menyuguhkan banyak cerita, Kara mempertanyakan masa lalu, harapan, masa depan, juga cinta. Ke manakah ia melangkah, sementara rintik hujan merinai di kanal-kanal dan menghunjam di jantung kota-kota Negeri Kincir Angin yang memesona?

Alles komt goed—Semua akan baik-baik saja, Kara.

Review: 
Kara adalah seorang gadis Indonesia yang memutuskan untuk melanjutkan kuliah di Belanda. Selain itu, ia juga ingin mencari potongan dari kehidupannya yang telah lama menghilang. Hanya saja, ia datang ke Belanda bukan untuk jatuh cinta. Berkali-kali ia tanamkan kata-kata itu di kepala. Sampai akhirnya, ia bertemu dengan Rein, pemuda Belanda bermata pinus yang mahir menggambar.

Lama kelamaan, Kara menjadi sering menghabiskan waktu bersama Rein dan melupakan tujuan utamanya datang ke Belanda.

Feba Sukmana memberikan para pembaca dengan banyak informasi mengenai Belanda. Kota-kotanya, kebudayaannya, dan lain sebagainya. Dan juga, dalam novel ini mayoritas digambarkan saat suasana sedang hujan. Which is, my favorite weather.


SECRET SANTA 2013

Well, maaf yang sebesar-besarnya ditujukan untuk Santa-ku karena aku baru sempat membuat postingan hari ini :D 
Santa-ku ini baik sekali memberikanku 2 buku yang tidak ada di wishlist-ku. Hehehe... Tapi nggak apa-apa. Dikasih buku apa aja, aku udah seneng kok.
Nah, si Santa ini ngirim bukunya lama banget! Pokoknya aku sampe sempet mikir kalau Santa mau ngasih The Cuckoo's Calling. Hahaha... sumpah ini kepedean!


Yang di atas itu adalah riddle dari sang Santa. Awalnya, aku bener-bener gelap dan nggak tau apa-apa. Akhirnya, setelah posting bareng buku dan riddle dari si Santa, aku dapet pencerahan nih. Kota harum? Banyuwangi? Banyu itu yang kutahu, artinya air yang sama dengan Tirta :p Dan paling bawah kertasnya itu ada RP I. Itu tuh, inisial judul blog Kak Tirta di I Prefer Reading yang dibalik! Gimana? Aku bener, kan? Tunjukkan dirimu, Kak Tirta! :D

Kamis, 09 Januari 2014

Review: Wanita Dalam Lukisan

Judul: Wanita Dalam Lukisan (Rose Madder)
Pengarang: Stephen King
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Juli 2007 (cetakan 3)
Halaman: 766

Sinopsis:
Rose Daniels hidup dalam kegilaan suaminya selama belasan tahun, menahankan penganiayaan demi penganiayaan. Namun suatu ketika ia terjaga dari mimpi buruknya--oleh setitik darah di seprainya. Ia pun melarikan diri, untuk memulai hidup baru.

Namun Norman Daniels tidak mau begitu saja ditinggalkan, apalagi sang istri membawa kartu ATM-nya. Norman pun berangkat mencarinya. Dan sebagai polisi, ia sudah terlatih mencari jejak.

Tapi Rosie yang kemudian dijumpainya bukan lagi Rosie yang dulu. Rosie yang selalu penakut dan selalu pasrah telah memperoleh kehidupan baru yang indah, kekasih baru yang mencintainya, dan... kekuatan misterius yang didapatkannya dari ROSE MADDER, wanita dalam lukisan yang dibelinya di sebuah toko gadai. Maka dimulailah pertarungan hidup dan mati dalam dunia di balik lukisan.

Review:
Awalnya, Stephen King sudah menyuguhkan pembaca dengan kekerasan yang dilakukan Norman kepada Rosie yang sangat sadis. Norman membuat Rosie kehilangan bayi dalam kandungannya dan Rosie sangat sedih karena hal itu. Tapi, tentu saja Rosie tidak bisa berbuat apa-apa selain hanya pasrah menerima perlakuan kasar Norman. 

Suatu hari, Rosie seperti terbangun dalam mimpi buruknya ketika ia melihat setetes darah di seprainya. Ia berpikir ia harus berlari dari rumah yang telah ditempatinya dan menjadi saksi bisu kekerasan yang dilakukan Norman selama belasan tahun. Tapi, Rosie masih bimbang. Ia tahu, Norman akan sangat mudah melacaknya karena Norman adalah seorang polisi. Akhirnya, Rosie pun kabur juga. 

Ia bingung ingin pergi kemana karena ia sebatang kara. Sebatang kara dan merana. Ia hanya ingin pergi jauh sejauh-jauhnya dari Norman dengan membawa kartu ATM Norman. Rosie yang pada dasarnya baik hati, tetap saja tidak tega mengambil semua uang milik Norman dalam ATM-nya. Ia hanya mengambil sedikit uang, kemudian membuang kartu ATM tersebut ke tong sampah di terminal bus.

Di terminal, Rosie melihat seorang lelaki baik hati yang akhirnya menyuruhnya untuk tinggal sementara di Daughters & Sisters, semacam naungan untuk wanita-wanita teraniaya yang butuh bantuan dan tidak tahu harus kemana. Di D & S, Rosie memohon kepada Anna Stevenson, sang pemilik D & S, untuk tinggal disana. Untungnya, Anna menyetujuinya. Dan Anna pula lah yang mencarikan Rosie pekerjaan. 

Setelah beberapa bulan bekerja, Rosie berniat untuk menjual cincin kawinnya, yang menurut Norman sangat berharga, karena menurut Rosie cincin itu tak ada artinya lagi. Di toko gadai, Rosie melihat sebuah lukisan besar yang seperti memanggil-manggil dirinya. Rosie pun akhirnya membeli lukisan yang menampilkan sesosok wanita yang menghadap ke arah bukit. Dan kehidupan Rosie pun mulai berubah sejak memajang lukisan itu di kamar apartemennya yang baru.

Jadi, kesan aku selama membaca novel ini adalah merinding. Norman benar-benar sadis pada istrinya sendiri. Semoga saja nggak ada lelaki seperti Norman di dunia nyata. Ia benar-benar gila, psikopat, licik, dsb. Aku nggak bisa membayangkan bagaimana Rosie bisa tahan hidup dalam siksaan Norman selama belasan tahun. Untungnya, Rosie memiliki keberanian untuk kabur dari Norman.

Untuk Om Stephen King, maaf aku hanya bisa memberi 2 bintang untuk novelmu yang pertama kali kubaca ini. Bukan karena jelek, dan aku sangat menghargai kegigian Om Stephen yang telah bersusah payah membuat novel tebal ini, kok. Setiap penulis memiliki ciri khasnya masing-masing. Aku rasa, ini not my cup of tea saja. Oh iya, dan aku bingung dengan genre novel ini. Fantasy, thriller, or horror?


Kamis, 19 Desember 2013

Review: Then I Hate You So

Judul: Then I Hate You So
Pengarang: Andry Setiawan
Penerbit: Penerbit Haru
Terbit: Maret 2012
Halaman: 319

Sinopsis:
Suatu malam aku menyadari bahwa aku tidak bisa hidup tanpamu. Saat aku menyadari hal itu, kau tiba-tiba menghilang.

Semuanya berawal dari bencana tsunami yang mengguncang Jepang.

Itoyama Luca mengira dia sudah memiliki segalanya. Kepintaran, karir yang sukses, bahkan tampang yang keren. Tapi semuanya seolah tidak berarti setelah bencana itu. Kekacauan di Jepang membuat sebuah perasaan yang sempat menghilang muncul kembali. Dan takdir pun menuntunnya menyelesaikan perasaan anehnya itu.

Han Naran, model cantik yang wajahnya menghiasi papan iklan Korea itu berhasil menyembunyikan isi hatinya selama tujuh tahun. Bencana alam Jepang membuat perasaan itu bangkit kembali dan malah semakin menggebu.

Review:
Jujur, aku bukan penikmat novel dengan tokoh yang memiliki nama-nama Jepang atau Korea. Susah dihapal. Hehe... Begitu juga dengan Season Series-nya Ilana Tan. Mungkin ini masalah selera saja. Toh, akhirnya aku juga suka dengan novel-novel Ilana Tan. 

Nah, awal-awal membaca novel ini, tentu saja aku membacanya dengan malas-malasan. Tapi kok, baru baca bab pertama saja aku sudah merasa penasaran, ya? Ya sudah, aku lanjut membaca novelnya. Dan mulai mencoba menghapal nama-nama yang menurutku susah dihapal itu.

Dan akhirnya! Yap, setelah selesai membaca novel ini, komentarku adalah such a touching story with a sweet ending. Untungnya novel ini akhirnya bahagia. Seperti novel I For You-nya Orizuka, walaupun sepanjang jalan ceritanya ada sedih dan emosinya, namun akhirnya tetap bahagia. Hore! :D

Aku nggak akan ngasih tahu jalan ceritanya gimana, lebih baik baca novelnya aja. Lagipula, sinopsis di atas sudah mencerminkan isi novelnya, kok.

Btw, sejak baca novel ini, aku jadi penasaran dengan novel-novel terbitan Penerbit Haru lainnya, lho!

Senin, 16 Desember 2013

Review: Satin Merah

Judul: Satin Merah
Pengarang: Brahmanto Anindito & Rie Yanti
Penerbit: GagasMedia
Terbit: 2010
Halaman: 313

Sinopsis:
Satu-satunya cara untuk membuat Nadya merasa dirinya berharga dan 'terlihta' adalah dengan selalu berprestasi. Tapi, seiring waktu berlalu, dia mendapati sinarnya kian memudar. Nadya tak ingin terlupakan. Dia merasa harus membuat gebrakan prestasi untuk membuat pujian dan tatapan kagum kembali tertuju padanya.

Lomba bergengsi se-Bandung Raya inilah kartu As-nya.

Awalnya, ambisi itu terasa tak berbahaya. Dia melebur di dalam diri Nadya--membuatnya kuat, memberinya semangat. Nadya tidak menyadari perasaan itu menekan dirinya begitu rupa, membuatnya menjadi seseorang yang benar-benar berbeda.

Tapi sayang, sebelum Nadya berhasil mengendalikan diri, satu orang keburu mati karenanya....

"Tema yang nyaris tak tersentuh oleh penulis zaman sekarang. Dipadukan dengan kehidupan anak muda yang sangat akrab dengan teknologi internet. Menarik banget. Unik. Orizinal."
Feby Indirani-Novelis Gerimis, Lantai 13, Cewek Metropolis, dan Simfoni Bulan.

"Drama suspens menyelimuti perjalanan roh para pelakon. Menggigit dan menggigilkan tubuh pembacanya!"
Kirana Kejora-Penulis skenario FTV, Sastrawan Independen, Novelis Elang.

Review:
Aku melihat Nadya ini sebagai seorang remaja yang sangat ambisius. Kuulangi, sangat ambisius. Wajar sih, seseorang yang sering mendapatkan prestasi memang harus fokus untuk mencapai tujuannya. Tapi tidak dengan cara yang seperti Nadya lakukan juga.

Nadya memiliki otak yang pintar. Ia selalu menduduki peringkat pertama sejak SD sampai SMA. Itu berkat Energi Putih yang dimilikinya. Jadi, Nadya dapat mengerti dengan jelas suatu pelajaran jika ia mengobrol dengan sang penulis buku. Semacam transfer ilmu, gitu.

Nah, lomba Siswa Teladan se-Bandung Raya inilah yang membuat Nadya semakin lama semakin berubah. Awalnya, ia yang sangat ambisius ingin sekali memilih topik untuk makalahnya yang unik, beda dari yang lain. Padahal teman-temannya menyarankan agar ia mengambil topik yang sedang hangat dibicarakan saja. Akhirnya terpilihlah tema Sastra Sunda sejak ia mendengar pembicaraan seorang bapak dengan seorang pemuda yang memakai bahasa Sunda.

Nadya mulai mencari-cari orang yang bisa ia jadikan sebagai narasumber dalam makalahnya. Mulai dari guru bahasa Sunda-nya yang ternyata tidak mengerti apa-apa, Yahya Soemantri; sastrawan Sunda yang terkenal arogan dan penyendiri, Didi Sumpena Pamungkas; sastrawan Sunda yang juga ahli kriminologi, Nining Tresna Munandar; sastrawan Sunda yang baik hati, ramah, dan penuh cinta, hingga Lina Inawati; sastrawan Sunda yang juga dosen Sastra Sunda di Unpad.

Awalnya, Nadya "tidak sengaja" membunuh Yahya Soemantri. Tapi entah kenapa, ia jadi seperti ketagihan karena setiap setelah membunuh orang, pasti ia bisa menelurkan sebuah karya masterpiece yang mirip dengan karya orang yang dibunuhnya tersebut.

Di novel ini, kita tidak dituntut untuk memecahkan siapa sebenarnya sang pelaku pembunuhan karena pelakunya itu sudah pasti. One and only. Tebak saja sendiri.

Yang aku suka dari novel ini adalah, pembaca seakan-akan dibawa masuk ke dalam ceritanya. Walaupun aku tidak tahu dimana letak daerah Sentrasari, Bandung. Untuk itu, aku nggak segan-segan untuk memberi bintang 5 pada novel ini. Pokoknya novel ini harus difilmkan! Aku nggak mau tahu! Pasti bakal keren banget jadinya.

Sabtu, 14 Desember 2013

Review: Halo, Aku Dalam Novel

Judul: Halo, Aku Dalam Novel
Pengarang: Nuril Basri
Penerbit: GagasMedia
Terbit: 2009
Halaman: 301

Sinopsis:
Saya hanya ingin menjadi seorang penulis.Tidak lebih dari itu. Saya tidak peduli orang mau bilang apa. Tidak peduli kepada orang lain adalah peraturan pertama dalam hidup saya, termasuk apa yang mereka katakan.

Tokoh utama dalam tulisan saya, yang jelas, dia tidak boleh cantik. Cih! Saya benci orang-orang cantik karena mereka biasanya tolol. Saya akan membuatnya sangat jelek. Jelek sekali. Tidak punya teman, sendirian. Mungkin, gagu.

-----

Pram, seorang mahasiswa Indonesia yang tinggal di sebuah asrama di Oregon. Dia senang dengan kesendiriannya meski mahasiswa-mahasiswa lain menganggapnya aneh. Pram senang sekali menulis, menciptakan tokoh-tokoh dalam tulisannya. Hingga suatu hari, tokoh-tokoh itu mulai menguasainya, masuk dalam kehidupan Pram. Hal-hal aneh terjadi dan tak satu pun orang percaya padanya.

Batas antara khayalan dan kenyataan perlahan-lahan menghilang. Apakah kau termasuk yang tidak percaya bahwa fiksi bisa menciptakan realitasnya sendiri?

Review:
Siapa yang tidak penasaran setelah membaca sinopsis tersebut di bagian belakang novel tersebut? (Apa cuma aku?) Ya, novel ini sempat aku idam-idamkan sejak dulu karena sinopsisnya itu. Sudah satu tahun, mungkin. (Serius!) Dan untungnya, aku tidak membeli novel ini! Hahaha *ketawa puas* Ya, aku dapat novel ini saat bookswap di IRF (Oke, aku kemarin emang ke IRF tapi nggak ke stand BBI. Maaf, maaf bangeet... Soalnya aku buru-buru. Jadi cuma bisa ikut bookswap sama bookwar yang pertama itu.)

Kembali lagi ke novel yang menceritakan tentang Pram ini. Mahasiswa Indonesia ini kuliah di Oregon hanya karena orangtuanya saja. Dia bahkan tidak suka kuliah, tidak suka belajar. Sering bergonta-ganti jurusan. Dan dia selalu memandang sinis orang lain. Aku nggak habis pikir apakah orang seperti ini benar-benar ada? Aku memang kadang juga suka memandang orang lain dengan sinis, tapi setidaknya aku juga tetap melihat sisi baik dari orang tersebut, lah.

Nah, yang aku bingung, kenapa si Pram ini, dengan sifat yang sinis, jutek, dan menyebalkan itu, punya pacar? Ada ya, orang yang tahan dengan sifatnya? Lalu, saat e-mail pacarnya dibalas dengan kata-kata yang tidak enak dilihat. Ih, kalau ada cowok seperti itu mah, langsung aku abaikan saja.

Lalu, Pram mulai menulis novel dengan tokoh utama yang bernama Halo. Halo ini seburuk-buruknya manusia, deh. (Maaf.) Tapi memang benar. Tubuhnya kurus; sampai tulang belulangnya menonjol, rambutnya bisa mengeluarkan kecoak (ih!), bibirnya sumbing, tidak punya teman, keluarganya tidak peduli padanya. Pram jahat sekali ya, menciptakan tokoh seperti itu?

Singkat cerita, ya, tokoh-tokoh dalam novelnya mulai masuk ke dalam dunianya. Lebih tepatnya, Pram sendiri yang senang berkhayal. Ya, itu semua hanya khayalannya. (Ya iyalaaah...)

Pokoknya, setelah selesai membaca novel ini, aku mengucapkan alhamdulillah... Ide ceritanya sih, menarik. Sinopsisnya memang tidak menipu. Tapi, menurutku, lebih baik novel ini diperpanjang, deh. Karena pembaca tidak diberi tahu mengapa Pram bisa bersikap sinis seperti itu. Mengapa Pram tidak pernah mau memberi kabar ke ibunya? Mengapa Pram begitu jahat pada Tya, pacarnya? Dan masih banyak lagi. Mungkin Nuril Basri sama seperti Pram, yang bingung menentukan bagaimana ending novelnya. IMO :)

Kamis, 12 Desember 2013

Review: Grey Sunflower

Judul: Grey Sunflower
Pengarang: Ruth Priscilia Angelina
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit: September 2010
Halaman: 244

Sinopsis:
Louise, si gadis pecinta bunga matahari, memutuskan melarikan diri ke Belanda untuk membuka lembaran baru setelah kematian cinta pertamanya, Davin. Di sana ia berniat melanjutkan kuliah dan melupakan segala hal yang berhubungan dengan cinta. Tetapi takdir malah mempertemukannya dengan Ben, saudara kembar Davin. Perasaan Louise campur aduk, kenangan akan Davin menariknya kepada Ben.

Namun, seakan hidup Louise belum cukup membingungkan, takdir malah memperumitnya dengan menghadirkan kembali Gerard, pria yang juga pernah mengisi hidupnya dan telah beberapa tahun menghilang.

Dibayangi kenangan dan balutan kebimbangan, bisakah Louise menemukan Bunga Matahari-nya yang sejati?

Review:
Aku nggak akan nulis sinopsis menurutku di reviewnya karena sinopsis di belakang novelnya sudah menjelaskan banget isi novel ini. Eh, sebenernya nggak banget juga, sih.

Yang aku suka dari novel ini adalah covernya. Ya, aku pecinta bunga matahari. Seperti kata Miranda Kerr:

“A rose can never be a sunflower, and a sunflower can never be a rose.All flowers are beautiful in their own way, and that’s like women too. I want to encourage women to embrace their own uniqueness.”


Loh kok, malah bawa-bawa quotes-nya orang lain ya? Hehehe...

Oh iya, aku juga suka cara Ruth menulis. Gaya penulisannya itu membuat aku jatuh cinta. 

Dan aku juga suka banget-bangetan sama Gerard! Di dunia ini ada nggak ya, cowok kayak dia? Ih, mau banget deh punya pacar kayak Gerard.

Sorry nih, review-nya terkesan mau nggak mau, ya? Sebenernya bukan gitu. Aku masih speechless aja baca novel ini. Aku suka jalan ceritanya, aku suka Gerard, dan aku suka endingnya. 

Jumat, 06 Desember 2013

Review: Pembunuhan Terpendam

Judul: Pembunuhan Terpendam
Pengarang: Agatha Christie
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit: April 2012 (cetakan 7)
Halaman: 318

Sinopsis:
Sebuah rumah yang dijual murah telah menarik Gwenda untuk membelinya. Perasaan bawah sadarnya ternyata menuntunnya untuk menguak tabir yang telah lama dikubur di dalamnya.

Dibantu oleh Miss Marple, perempuan tua yang tampaknya tidak meyakinkan, sedikit demi sedikit ingatan Gwenda terbuka. Renovasi rumah, yang mengembalikan arsitektur rumah seperti aslinya, semakin membingungkannya. Kejadian-kejadian yang muncul dari bawah sadarnya semakin meyakinkan ada sesuatu yang tidak wajar pernah terjadi di rumah yang baru dibelinya itu.

Review:
Novel terakhir yang dikarang Agatha Christie sebelum ia meninggal dunia dengan misterius ini menceritakan tentang Gwenda, wanita berusia 21 tahun yang baru menikah dengan Giles. Mereka hendak membeli rumah, namun Giles melimpahkan tugas itu pada Gwenda. Jadilah Gwenda mencari rumah sendiri di dekat pantai karena ia tidak terlalu suka udara dingin.

Setelah beberapa lama mencari, akhirnya Gwenda menemukan sebuah rumah yang menurutnya cocok. Singkat kata, setelah membeli rumah tersebut, Gwenda hendak merenovasi rumah itu. Namun, apa yang diinginkan Gwenda ternyata adalah memang dekorasi rumah itu pada jaman dahulu. Gwenda mulai bingung. Apakah ia memiliki indra keenam? Ditambah lagi dengan khayalan buruknya saat menonton sebuah drama. Gwenda menghayal bahwa ada seorang wanita bernama Helen yang mati di rumah yang baru dibelinya itu. Masalahnya adalah, siapa Helen? Gwenda merasa tidak pernah kenal dengan wanita yang bernama Helen seumur hidupnya.

"Sepanjang umur saya, saya tak pernah memercayai orang begitu saja."

Maka, dengan bantuan Miss Marple dan Giles, Gwenda mencoba menguak rahasia tentang rumah itu dan tentang Helen.

Selama membaca, aku ikut berpikir keras, merasa deg-degan, seperti ikut masuk ke dalam cerita dan juga mengira-ngira siapa orang yang telah membunuh Helen. Dan aku berhasil menebak pelakunya! Ha! Benar, kan? Ya, ending-nya memang nggak unpredictable menurutku, tapi tidak mengurangi rasa kagumku terhadap Agatha Christie, lho! Siapa yang nggak kenal sama dia? Lagipula ini adalah kali pertama aku membaca novelnya. Intinya sih, mungkin pesan yang mau disampaikan sang penulis adalah waspadalah terhadap orang yang paling dekat denganmu! Dan jangan mudah percaya pada orang, sekalipun itu orang terdekatmu! 

Sabtu, 16 November 2013

Review : U-Turn

Judul : U-Turn
Pengarang : Nadya Prayudhi
Penerbit : PlotPoint
Terbit : April 2013
Halaman : 228

Sinopsis :
Karin selalu takut mencintai dirinya. Hampir separuh hidupnya ia mencari cinta dari orang lain. Baginya, itu jauh lebih mudah. Namun, kini orang yang dia pikir akan jadi cinta terakhirnya memutuskan untuk pergi.

Kehilangan Bre memaksa Karin kembali beradu dengan luka-luka hidupnya yang masih menganga. Dunianya kini jadi jungkir balik. Kini Karin terpaksa melihat kembali ke titik-titik penting perjalanan hidupnya. Mulai dari saat Bre menatapnya dalam mobil waktu itu. Mulai dengan mencari penebusan pertanyaan Bre: "Karin, apa benar--lo dulu pernah membunuh orang?"

Kini hidupnya terhenti. Karin tahu dia tidak lagi bisa terus berjalan. Dia harus berbalik.

Review :
Novel ini menceritakan seorang gadis bernama Karin yang mengalami patah hati karena baru saja diputuskan oleh Bre, pacar yang selama ini sudah menemaninya selama 2 tahun. Karin merasa membutuhkan alasan mengapa Bre memutuskan hubungan mereka. Namun, Bre menjauh. 
Lalu, Karin pun mencoba memikirkan apa kesalahannya dan pikirannya pun berkelana ke masa lalunya. Saat bersama mantan pacar pertamanya yang ringan tangan di Bali, lalu bersama mantan pacar keduanya yang sangat baik namun gay di Malaysia. Dan juga masa lalunya bersama Abi, sepupu kesayangannya, saat mereka masih SMA.
Apakah akhirnya Karin tahu alasan Bre meninggalkannya? Dan mengapa selama ini ia selalu dihantui perasaan bersalah? Ia ingin bahagia, namun merasa tidak pantas untuk bahagia.

Cover novel ini sangat menarik. Walau awalnya aku kira ini jenis novel teenlit, tapi aku tidak menyesal kok, sudah membaca novel ini. Sumpah, ceritanya yang bernuansa dark sangat unpredictable. Kadang aku benci Karin. Kenapa? Karena ia sangat plin plan dalam memutuskan sesuatu, seperti yang sering dikatakannya, ia berzodiak libra. 
Bre, kenapa kamu mudah percaya pada orang lain? Dan kenapa kamu diam saja waktu 'kejadian' itu di masa lalu terjadi? Kenapa? Kenapa? *ceritanya ngambek sama Bre* 
Dan dari semua tokoh, aku paling benci sama Marisa! Siapa Marisa? Sudah, baca aja novelnya! Recommended banget, kok! Dijamin nggak akan nyesel!

Aku sangat salut pada Mbak Nadya Prayudhi yang katanya untuk menyelesaikan novel ini membutuhkan waktu selama 9 tahun! Wow! Dan hasilnya memang sangat memuaskan! Untuk Mbak Nadya, ditunggu novel-novel selanjutnya, ya! :)

Jumat, 15 November 2013

Review : Blue Romance

Judul : Blue Romance
Pengarang : Sheva
Penerbit : PlotPoint
Terbit : September 2012
Halaman : 214

Sinopsis :
Selamat datang di Blue Romance, sebuah coffee shop yang buka setiap hari, dan mungkin kau lewati hari ini.
Blue Romance menyediakan kopi ternikmat dan sahabat saat kau dituntut untuk terus terjaga. Blue Romance juga punya banyak cerita. Ada kisah jatuh cinta dan patah hati, perpisahan dan pertemuan kembali. Kisah-kisah ini berbalut kafein dan aroma kopi, berderai tawa dan tangis, di sela desis coffee maker.

Seperti Latte, Affogato, Americano dan Espresso, setiap kisah punya kopinya sendiri.

Kisah mana yang cocok dengan kopimu?

"Momen-momen pada kisah ini dimaknai sesuai ragam minuman kopi. Menarik!"
-Sitta Karina, penulis.

Review :
Sudah lama sekali aku pengen punya omnibook ini. Omnibook? Apa itu? Omnibook itu adalah kumpulan cerita yang memiliki benang merah. Apa benang merahnya? Semua cerita yang terdapat dalam buku ini ber-setting di Blue Romance, sebuah coffee shop yang cozy (aku jadi ingin kesana :p). 
  • Rainy Saturday.  Cerita ini menurutku memang sangat pas untuk dijadikan awal omnibook ini. Ceritanya yang ringan, cocok untuk penyuka teenlit seperti aku. 
"Jika berharap terlalu banyak, biasanya hal itu tidak akan terjadi."
  • 1997 - 2002. Menurutku, cerita ini yang paling... hmm... apa ya? Kurang greget gitu, deh. Dan juga setting Blue Romance-nya paling sebentar.
"Kenapa nggak bahasa Prancis? Bukannya dari dulu lo maunya pergi ke Prancis?"

"Yah, gue pikir belajar bahasa Jerman itu bisa jadi jalan.... supaya gue bisa ketemu sama elo, entah gimana, entah dimana di Jerman sana...."
  • Blue Moon. Another cerita selingan yang lumayan laah... Cerita antara ayah dan anak yang terpisah oleh jarak.
"Jika dekat Ayah, aku jadi cengeng.
Tapi jika jauh dari Ayah, aku jadi lebih dari cengeng."
  • A Farewell to A Dream. Ah, cerita yang nyesek. Sad ending :(
"Aku tidak tahu bagaimana caranya agar perasaan kompleks antara sedih dan ikhlas harus dilepaskan."
  • Happy Days. Ceritanya tidak se-happy judulnya. Jangan tertipu!
" 'Should' sounds so dominating. 'Should' sounds like a boss for my wasted life."
  • The Coffee & Cream Book Club. Tentang seorang pria paruh baya yang dapat mengubah jalan pikiran wanita muda.
"Tapi, aku tidak suka jika aku harus dibawa ke masa lalu lagi."
  • A Tale About One Day. Cerita penutup yang mengesankan, walau endingnya so predictable. Tapi aku suka!
"Aku berpikir, apa yang sudah rusak, sebaiknya dihancurkan saja."

Overall, aku suka isi novel ini. Isinya itu menambah pengetahuan kita tentang dunia kopi, film, musik, dan buku. 
Istilah-istilah seperti Affogato, Espresso dan lain-lain beserta penjelasannya membuatku ingin mencoba kopi-kopi itu. 
Beberapa judul film disebutkan disini. Seperti My Blueberry Nights, Before Sunset, dan Eternal Sunshine of The Spotless Mind.
Untuku dunia musik, ada nama-nama yang muncul seperti The Cure, The Smiths, Snow Patrol, Ella Fitzgerald, dan Nat "King" Cole.
Dan penulis-penulis macam Ernest Hemingway, John Green, Sylvia Plath, sampai Pramoedya Ananta Toer juga ada dalam omnibook ini.