Pages

Kamis, 18 Juni 2015

Review: Hujan Bulan Juni


Judul: Hujan Bulan Juni
Penulis: Sapardi Djoko Damono
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Terbit: Juni 2015
Halaman: 144
Harga: Rp.50.000
ISBN: 978-602-03-1843-1

Bulan Juni dan Sapardi seakan tak dapat dipisahkan. Setelah menulis puisi berjudul Hujan Bulan Juni, ia menerbitkan sebuah novel yang berjudul sama, namun menurutnya cerita dalam novel ini tak ada kaitannya dengan puisi tersebut.

***

Novel ini menceritakan kisah cinta antara Sarwono, dosen muda Antropologi UGM yang digambarkan kurus kering dan sering batuk-batuk, dengan Pingkan, dosen muda Sastra Jepang UGM.

Pingkan yang berdarah Jawa-Menado--tak mau disebut sebagai Menado, namun juga tak pantas disebut sebagai Jawa--, sering meledek Sarwono yang Jawa tulen dengan sebutan 'Jawa Zadul'. Kisah cinta mereka memang unik, tidak mengumbar-umbar kata-kata romantis, malah lebih sering mengejek satu sama lain.

Namun, keharmonisan mereka berdua terhalang oleh hal yang sulit untuk membuat hubungan mereka maju, yakni agama. Walaupun mereka terlihat seperti tidak ambil pusing akan hal itu, namun pihak keluarga besar Pingkan dari Menado lah, yang seakan protes dengan keputusan Pingkan memacari lelaki Jawa seperti Sarwono.

Suatu ketika, Pingkan ditugaskan berangkat ke Jepang oleh fakultasnya. Pingkan sebenarnya sangat ingin Sarwono ikut ke Jepang bersamanya, namun Sarwono berpikir hal itu sangat tak mungkin untuk dilakukannya. Untuk saling meredam rasa rindu pun, mereka berdua kerap berkirim WA. Sampai suatu hari, Sarwono tidak membalas-balas WA Pingkan. 

***

Sebenarnya novel ini sangat smooth jalan ceritanya walaupun alurnya bukan alur maju, dan cerita novel ini nggak kayak sinetron-sinetron, kok. Itu saya dramatisir aja sinopsisnya hahaha...

Buat para pencinta Sapardi, novel ini sangat layak untuk dimiliki, sih. Namun untuk opini saya sendiri, saya amat sangat nggak suka sama endingnya yang gantung! Jadi, jangan harap kalian bakal menemukan akhir yang bahagia atau akhir yang sedih. 

Kesimpulannya adalah, saya lebih menyukai sajak-sajak Sapardi ketimbang cerita-cerita pendeknya maupun novelnya sejauh ini. Tapi saya masih penasaran dengan Trilogi Soekram, sih.

2 komentar: