Pages

Sabtu, 31 Januari 2015

Review: Tabula Rasa dan Tebak Secret Santa

Judul : Tabula Rasa
Pengarang : Ratih Kumala
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Terbit : September 2014 (Cetakan I edisi cover baru)
Halaman : 192
Harga : Rp. 58.000,-
ISBN : 978-602-03-0946-0

Pada awal novel ini, kita akan dibawa kembali ke tahun 1990 saat Galih masih kuliah di Moskwa dan jatuh cinta pada gadis berkewarganegaraan tersebut bernama Krasnaya yang suka melukis. Hari-hari Galih di Moskwa semakin berwarna sejak hadirnya Krasnaya. Sayangnya, saat itu Moskwa mengalami gonjang-ganjing sehingga negara tersebut memulangkan orang-orang yang bukan warga negaranya, termasuk Galih. Mereka berdua pun terpisah.

Lalu, kita dibawa menyelami pikiran Raras melalui sudut pandangnya. Dulu, Raras mempunyai seorang sahabat perempuan bernama Violet, atau biasa ia panggil Vi. Sayangnya, Vi adalah pecandu narkoba dan sempat mendekam di pusat rehabilitasi. Raras selalu menemani Vi dan menyemangati Vi agar ia bisa sembuh.

Pada tahun 2001, Galih dan Raras bertemu dan mereka saling jatuh cinta walaupun Galih adalah dosen Raras, walaupun ia tak pernah mengajarnya secara langsung.


Ratih Kumala mengemas novel sastra yang terbit pertama kali tahun 2004 ini dengan sangat apik. Apalagi dengan latar di Moskwa yang saat itu sedang berbahaya, topik utama cinta yang dibumbui oleh realitas kehidupan ditulis dengan sangat apik. Membaca novel ini awalnya mungkin agak terasa seperti teenlit, namun setelah kita menggali lebih dalam, Ratih mengangkat tema yang cerdas. Tak heran, novel ini mendapat nomor kemenangan di Sayembara Menulis Novel 2003 yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Jakarta. Budi Darma, Maman S. Mahayana, dan Puthut EA juga turut memberikan pujian di cover belakang novel ini. Hanya, agak terganggu dengan terjemahan yang tidak perlu seperti, “Still wanna see that old grandpa there or not? Masih mau lihat ‘kakek’ nggak?” (Hal. 4)

TEBAK SECRET SANTAA!


Sebelumnya, aku ingin mengucapkan mohon maaf yang sebenar-benarnya karena baru review sekarang. Hiks.. hiks... Udah lama postingnya, dan aku benar-benar nggak tahu siapa Santa-ku yang baik hati :( huhuhu... Maafkan aku ya, Santakuu

Rabu, 07 Januari 2015

Review: Looking for Alaska (Mencari Alaska)

Judul : Looking for Alaska (Mencari Alaska)
Pengarang : John Green
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Terbit : 2014 (Cetakan I)
Halaman : 286
Harga : Rp.55.000,-
ISBN : 978-602-03-0732-9

Miles Halter yang tidak punya teman akhirnya memutuskan untuk pindah ke sekolah asrama Culver Creek di Alabama dan meninggalkan kedua orangtuanya di Florida. Ia sekamar dengan seseorang yang bernama Chip Martin, namun biasa dipanggil Kolonel, yang memberikan julukan Pudge untuk Miles. Dari Kolonel, Pudge dikenalkan dengan Alaska, seorang anak perempuan yang nyentrik, lucu, pintar, dan memikat. Selain Alaska, ada juga Takumi. Mereka berempat selalu bersekongkol untuk melakukan kejahilan-kejahilan atau melanggar peraturan.

Hidup Pudge yang tadinya amat membosankan, menjadi sangat gila dan tak pernah ia dapat bayangkan sebelumnya.

Membaca novel konyol ini akan membuat kita banyak tersenyum dan bahkan tertawa. Sosok Pudge digambarkan sangat kuat karena ia mempunyai satu sifat yang unik, yaitu hapal setiap kalimat terakhir dari orang-orang terkenal di dunia. Begitu juga dengan Alaska yang ceplas-ceplos dan jalan pikirannya selalu out of the box.

Ending novel ini cukup mengejutkan dan sangat cerdas. John Green selalu dapat membuat kagum mulai dari The Fault in Our Stars, An Abundance of Katherines, dan saat ini saya sedang menunggu Paper Towns.