Judul Buku : Juragan Haji
Penulis : Helvy Tiana Rosa
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun : Agustus, 2014
Tebal : 188 halaman
Harga : Rp. 44.000,00
Buku yang memuat 18 cerita pendek Helvy Tiana Rosa
ini membuat saya semakin mencintai
sastra karena sang penulis memilih diksi yang dapat menggetarkan hati. Ide-ide
cerdas yang dituangkan oleh Helvy sarat dengan kritik sosial dan mayoritas
mengambil latar di daerah-daerah konflik seperti Ambon, Timor Timur, Aceh,
Sampit, dan bahkan daerah konflik luar negeri seperti Palestina dan Serbia.
Para pembaca akan disambut oleh cerpen berjudul Cut Vi
yang sangat inspiratif dengan kalimat awal:
Aku
ingin menjadi istrimu. Aku percaya pada apa yang kulakukan dan tak peduli bila
terkesan aku yang melamarmu. Lagi pula apa salahnya meminta pria berbudi
menjadi suami? Maka, Agam, sudikah?
Selain mengambil latar di berbagai daerah konflik, Helvy
juga menghadirkan kritik sosial seperti korban kekerasan dalam rumah tangga dan
juga anak-anak pekerja di luar negeri. Namun, ada cerita pendek yang tidak
terlalu serius dan mengandung humor seperti cerpen berjudul Titin Gentayangan.
Ada juga cerita pendek berjudul Mencari Senyuman yang
berbentuk seperti naskah drama yang dapat mengundang senyum namun juga dapat
membuat kita berpikir kembali tentang arti senyuman yang sebenarnya.
Juragan
Haji sendiri, yang dipakai menjadi judul buku ini mengambil tema dan diksi yang
tidak terlalu serius dan tidak sarat dengan nuansa sastra. Juragan Haji
bercerita tentang seorang pembantu rumah tangga yang ingin seperti majikannya,
dapat berkali-kali menunaikan ibadah haji.
Kumpulan
cerita pendek pilihan yang ditulis oleh Helvy dalam rentang 1995-2005 ini
pernah dibukukan dengan judul lain yaitu Bukavu pada tahun 2008. Cerpen
berjudul Kivu Bukavu dalam buku ini terinspirasi dari Ernest Hemingway yang
sangat memuji Kivu, sebuah danau di kota Bukavu, Negara Rwanda, Afrika.
Dalam
buku ini juga terdapat sebuah cerita pendek yang telah mendapatkan penghargaan
sebagai Cerpen Terbaik Majalah Sastra Horison (1990-2000), berjudul
Jaring-Jaring Merah dengan tokoh utama sang ‘aku’ yang biasa dipanggil Inong
disangka gila oleh warga dan dirawat oleh seorang perempuan bernama Cut Dini.
Cerpen ini mengambil latar di daerah Aceh.
Berbagai
cerita pendek yang berlatar di daerah konflik membuat kita seakan benar-benar
masuk dan mengalami peristiwa-peristiwa tersebut. Dengan para tokoh utama yang
mayoritas perempuan yang digambarkan memiliki sifat pemberani, idealis, dan
istiqomah mungkin akan membuat para pembaca yang telah mengenal sang penulis
bahwa tokoh-tokoh utama ini merupakan representasi sifat-sifat Helvy.
Membaca
buku ini dapat mendidihkan emosi juga membuat kita semakin peka dan kritis.
Helvy seakan mengajak kita berteriak untuk menyuarakan emosi dalam hati dengan
cara menulis yang puitis. Jika ingin membaca cerita pendek namun seperti
membaca puisi, buku inilah jawabannya.